Jaya menambahkan bahwa proses infeksi parasit dapat menyebar ke berbagai organ tubuh, mengalami siklus perkembangan dari stadium telur hingga menjadi cacing dewasa.
Mekanisme penularan umumnya terjadi melalui paparan terhadap lingkungan yang terkontaminasi.
“Pada umumnya, transmisi infeksi terjadi akibat kontak dengan fasilitas sanitasi publik yang tidak memenuhi standar kebersihan, seperti toilet umum tanpa sistem sanitasi yang memadai, atau konsumsi makanan yang tercemar telur parasit. Oleh sebab itu, penggunaan alas kaki saat beraktivitas di luar rumah dan memastikan higienitas makanan yang dikonsumsi menjadi langkah yang sangat penting,”jelasnya.
Selain itu, Jaya menggarisbawahi urgensi implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, termasuk praktik cuci tangan menggunakan sabun dengan air bersih yang mengalir.
Penggunaan fasilitas sanitasi yang bersih dan tertutup juga direkomendasikan, berbeda dengan sistem jamban tanpa siphon yang dapat menjadi media penyebaran telur parasit.
Berkaitan dengan insiden di Sukabumi, Jaya memperkirakan bahwa kurangnya perhatian terhadap higienitas personal menjadi faktor utama yang berkontribusi pada tingkat keparahan infeksi.
Anak-anak yang mengalami infeksi parasit umumnya memperlihatkan manifestasi klinis berupa perilaku rewel, sensasi gatal, batuk yang disebabkan oleh peningkatan kadar eosinofil, serta rasa gatal pada area perianal.
Ia kembali mengingatkan masyarakat untuk menghindari praktik pembuangan limbah cair sembarangan, senantiasa memelihara kebersihan personal, dan memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi telah melalui proses pengolahan yang higienis.
“Kami mengajak seluruh masyarakat untuk tidak mengalami kepanikan yang berlebihan. Pastikan kondisi sanitasi lingkungan terpelihara dengan baik dan terapkan gaya hidup sehat secara konsisten. Di samping itu, para pelaku usaha di bidang kuliner juga berkewajiban untuk memperhatikan standar higienitas dan sanitasi dalam setiap tahapan proses produksi,”tegasnya. (*)