Refleksi Diplomasi Indonesia di HUT ke-80 Kemerdekaan

oleh -
Penulis: Wahyuddin Nurhidayat
Editor: Janif Zulfiqar
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI Tahun 2025 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (15/8/2025). FOTO : ANTARAFOTO/Rivan Awal Lingga/app/rwa/aa.
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI Tahun 2025 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (15/8/2025). FOTO : ANTARAFOTO/Rivan Awal Lingga/app/rwa/aa.

BorneoFlash.com, JAKARTA – Perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan menjadi momen bangsa merefleksikan perjalanan diplomasi di tengah ketegangan global. Pembukaan UUD 1945 menegaskan tujuan Indonesia: menjaga ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

 

Soekarno menggagas Gerakan Non-Blok sebagai wadah anti-imperialisme, sementara Mohammad Hatta memperkuat arah diplomasi dengan prinsip “bebas aktif.” Landasan itu kini diteruskan Presiden ke-8, Prabowo Subianto.

 

Diplomasi Tancap Gas

Sejak dilantik 20 Oktober 2024, Prabowo tancap gas melakukan safari diplomatik ke Beijing, Washington, hingga forum APEC, G20, D-8, dan BRICS. Indonesia menandai posisi barunya dengan bergabung sebagai anggota penuh BRICS. Prabowo juga mendorong rampungnya IEU-CEPA setelah sembilan tahun perundingan dan menghadiri acara kenegaraan di India serta Prancis.

 

Dalam pidato kenegaraan, Prabowo menegaskan komitmen menjaga kedaulatan, memperjuangkan Palestina, menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan mengedepankan prinsip “seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak.”

 

Konsistensi dengan Konstitusi

Indonesia tetap menjaga posisi non-blok meski bergabung dengan BRICS. Upaya masuk OECD juga menunjukkan keseimbangan diplomasi. Akademisi menilai pidato Prabowo yang menegaskan kedaulatan Indonesia mencerminkan kesetiaan pada amanat konstitusi.

 

Indonesia meningkatkan martabatnya melalui keberhasilan IEU-CEPA, pengakuan internasional di India dan Prancis, serta negosiasi setara dengan Amerika Serikat.

 

Gaya Diplomasi Baru

Pengamat menilai gaya Prabowo lebih vokal dan politis dibanding Jokowi yang menekankan ekonomi pragmatis. Ketidakhadiran Prabowo di KTT G7 Kanada memunculkan tafsir politik, tetapi capaian Prabowo tetap berakar pada fondasi pendahulunya.

 

Indonesia Sebagai Kekuatan Menengah

Prinsip bebas aktif terus menjadi roh diplomasi. Dengan tema HUT ke-80, “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju,” Indonesia sebagai kekuatan menengah memperkuat dalam negeri sekaligus memperluas kerja sama global. 

Baca Juga :  Timberwolves Menyingkirkan Warriors Di Game 5 Playoff NBA

 

Konsistensi itu membuat Indonesia mampu menjaga perdamaian dunia dan memperkuat kedaulatan bangsa di tengah persaingan global. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

Jangan ketinggalan berita terbaru! Follow Instagram  dan subscribe channel YouTube BorneoFlash Sekarang

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.