Peran Keluarga Tak Tergantikan Bagi Ibu Baru, Bisa Cegah Baby Blues dan Depresi Pasca Melahirkan

oleh -
Penulis: Berthan Alif Nugraha
Editor: Janif Zulfiqar
Ilustrasi. Peran Keluarga Tak Tergantikan Bagi Ibu Baru, Bisa Cegah Baby Blues dan Depresi Pasca Melahirkan. Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki/foc.
Ilustrasi. Peran Keluarga Tak Tergantikan Bagi Ibu Baru, Bisa Cegah Baby Blues dan Depresi Pasca Melahirkan. Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki/foc.

BorneoFlash.com, LIFESTYLE – Psikolog Nena Mawar Sari, S.Psi., Cht menegaskan bahwa peran serta dukungan dari keluarga dan orang terdekat memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan mental ibu setelah melahirkan. Ia menekankan bahwa pasangan dan keluarga perlu aktif memberikan dukungan emosional kepada ibu.

 

Sebagai psikolog klinis dan hipnoterapis di Poli Psikiatri RSUD Wangaya, Kota Denpasar, Nena menjelaskan bahwa ibu pasca persalinan rentan mengalami baby blues maupun depresi pasca melahirkan (postpartum depression).

 

Ia menyebutkan bahwa baby blues terjadi akibat perubahan hormon, kelelahan, dan proses adaptasi ibu terhadap peran barunya. Kondisi ini bersifat sementara dan biasanya berlangsung selama tiga hingga lima hari, atau maksimal dua minggu.

 

Ibu yang mengalami baby blues akan tampak mudah sedih tanpa sebab, gampang tersinggung, cemas, kewalahan, serta mengalami perubahan suasana hati yang cepat dan gangguan tidur. Untuk mengatasi hal ini, Nena menyarankan ibu mendapatkan istirahat yang cukup.

 

Nena juga mengimbau keluarga atau kerabat yang menjenguk untuk tidak hanya berfokus pada bayi, tetapi juga memperhatikan kondisi ibu. Menurutnya, komentar yang berkaitan dengan penampilan fisik ibu atau bayinya bisa membuat ibu merasa lebih sensitif secara emosional.

 

Selain itu, ia menjelaskan bahwa depresi pasca persalinan berlangsung lebih lama daripada baby blues. Gejalanya mencakup kesedihan mendalam yang terus menerus selama lebih dari empat minggu, kehilangan minat beraktivitas, enggan bersosialisasi, merasa gagal sebagai ibu, mengalami gangguan tidur, bahkan hingga muncul pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya.

 

Nena menekankan bahwa depresi pasca melahirkan memerlukan penanganan profesional. Ia mendorong para ibu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater agar mendapatkan terapi sesuai, terlebih jika ibu sedang menyusui.

Baca Juga :  Kerap Membuat Macet Balikpapan, Patra Niaga Alihkan Penjualan Pertalite di 2 SPBU

 

Ia juga mengingatkan ibu untuk tidak membandingkan diri dengan sosok ibu ideal yang sering muncul di media sosial. Menurutnya, dalam kenyataan, tubuh ibu tidak serta-merta kembali seperti semula, dan butuh waktu untuk pulih secara fisik dan emosional. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.