Kurikulum yang Tidak Relevan
Masalah lain yang tidak kalah penting adalah kurikulum pendidikan yang sering berganti namun belum sepenuhnya relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan dunia kerja. Kurikulum di Indonesia cenderung masih berfokus pada hafalan dan penguasaan teori, bukan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi.
Kurikulum juga sering kali tidak mempertimbangkan kearifan lokal atau kebutuhan spesifik daerah, sehingga tidak memberikan ruang bagi siswa untuk berkembang sesuai potensi dan lingkungannya.
Rendahnya Literasi Anak Indonesia
Rendahnya tingkat literasi menjadi cermin paling nyata dari krisis pendidikan di Indonesia. Data menunjukkan bahwa minat baca anak-anak Indonesia masih sangat rendah dibanding negara lain.
Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari kurangnya fasilitas perpustakaan, minimnya budaya membaca dalam keluarga dan masyarakat, hingga kebiasaan digital yang cenderung lebih mendorong konsumsi konten hiburan daripada informasi edukatif. Rendahnya literasi tidak hanya berdampak pada kemampuan akademik, tetapi juga pada daya nalar, kemampuan komunikasi, dan partisipasi aktif dalam masyarakat demokratis.
Penutup
Dari berbagai permasalahan tersebut, jelas bahwa pendidikan di Indonesia masih menghadapi tantangan multidimensi yang memerlukan solusi komprehensif dan berkelanjutan. Diperlukan sinergi antara pemerintah, pendidik, orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan sistem pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan masa depan. Pendidikan bukan sekadar tanggung jawab negara, melainkan sebuah tanggung jawab bersama demi menciptakan generasi yang cerdas, berdaya saing dan bermartabat. (*)
Nama Penulis : Agus Priyono Marzuki S.Pd
Profesi : Guru
No WhatsApp : 085792185490
Email : agus16priyono.marzuki@gmail.com