BorneoFlah.com, BONTANG – Ancaman putus sekolah di wilayah pesisir Kota Bontang kian mengkhawatirkan. Ketua Komisi A DPRD Kota Bontang, Heri Keswanto, mengungkapkan bahwa banyak anak di kawasan pesisir hanya menyelesaikan pendidikan dasar, sebelum akhirnya menikah dini atau bekerja sebagai nelayan.
Hal ini disampaikannya saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bontang 2025–2029 di Pendopo Rumah Jabatan Wali Kota, Senin (19/5/2025).
“Pendidikan di wilayah pesisir harus menjadi perhatian serius. Dari yang saya amati, banyak anak perempuan setelah lulus SD langsung dinikahkan, sedangkan anak laki-laki umumnya memilih menjadi nelayan. Pemerintah harus hadir untuk mengatasi masalah ini,” ujarnya.
Heri mendesak Pemerintah Kota Bontang segera mengambil langkah konkret guna menjamin akses pendidikan menengah bagi anak-anak di wilayah Tihi-Tihi, Selangan, dan pemukiman pesisir lainnya yang terpisah jauh dari daratan utama.
Menurut data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, angka putus sekolah di daerah pesisir mencapai 35 persen—jauh di atas rata-rata kota.
Sebagian besar siswa terhenti di jenjang SD akibat kendala jarak, minimnya sarana transportasi, dan terbatasnya fasilitas pendidikan. Di Desa Tihi-Tihi, misalnya, anak-anak harus menyeberangi laut setiap hari untuk bersekolah di daratan.
“Ini masih menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Di wilayah pesisir, banyak anak hanya mampu menamatkan pendidikan hingga SD saja,” tegas Heri.