BMKG Balikpapan: Waspadai Puting Beliung dan Curah Hujan Ekstrem Selama Masa Peralihan Musim

oleh -
Penulis: Niken Sulastri
Editor: Ardiansyah
Kepala BMKG Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto. Foto: BorneoFlash/Niken Sulastri
Kepala BMKG Kota Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto. Foto: BorneoFlash/Niken Sulastri

BorneoFlash.com, BALIKPAPAN – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Balikpapan mengingatkan masyarakat Kalimantan Timur agar lebih waspada terhadap potensi angin puting beliung yang bisa terjadi selama masa transisi dari musim hujan menuju kemarau.

 

Hal ini disampaikan Kepala BMKG Kota Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto. Saat ini wilayah Kalimantan Timur masih berada dalam fase puncak kedua musim hujan yang diperkirakan akan berlangsung hingga akhir April 2025. 

 

Selanjutnya, wilayah ini akan memasuki masa peralihan, yang kemudian diprediksi berakhir dengan datangnya musim kemarau pada akhir Juni.

 

“Periode transisi ini adalah saat yang paling rawan terjadi angin puting beliung, khususnya pada siang hingga sore hari,” ujar Kukuh, pada Rabu (30/4/2025).

 

Kukuh menjelaskan bahwa fenomena angin kencang ini biasanya diawali dengan kondisi cuaca yang berubah drastis. Udara yang sebelumnya terasa panas dan pengap, tiba-tiba disusul oleh langit yang menggelap dan angin berhembus kencang. Kondisi ini ditandai oleh pembentukan awan cumulonimbus yang tumbuh dengan cepat dan dapat membawa hujan deras serta sambaran petir.

 

Meski bersifat lokal, Kukuh menegaskan bahwa angin puting beliung dapat menimbulkan dampak serius, terutama jika terjadi di daerah padat penduduk. Durasi kejadiannya memang singkat, tetapi kerusakan yang ditimbulkan bisa signifikan.

 

Selain risiko puting beliung, BMKG juga mencatat peningkatan curah hujan harian di beberapa daerah di Kalimantan Timur, yang telah melampaui batas normal. Mahakam Ulu dan Kutai Barat, misalnya, mencatat intensitas hujan mencapai 170 milimeter, sementara di Balikpapan tercatat sebesar 120 milimeter. Kondisi ini memicu genangan air dan longsor skala kecil di sejumlah wilayah.

 

Baca Juga :  Tahun Depan, Rencana Wali Kota Hadirkan Sheila on 7 di Kota Balikpapan 

Kukuh menambahkan bahwa hujan lokal dengan intensitas tinggi disertai angin dan petir merupakan karakteristik umum pada puncak musim hujan tahap kedua, dan bukan merupakan pengaruh dari sistem siklonik.

 

Di sisi lain, menghadapi musim kemarau mendatang, masyarakat pesisir juga diminta waspada terhadap peningkatan gelombang laut di wilayah Selat Makassar akibat pengaruh angin tenggara dan selatan yang menguat. Hal ini berpotensi mengganggu aktivitas pelayaran dan perikanan skala kecil.

 

BMKG mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca dan peringatan dini yang dikeluarkan secara berkala, serta menghindari tempat berisiko seperti pohon besar atau baliho saat terjadi hujan lebat disertai angin dan petir. “Kesadaran masyarakat terhadap tanda-tanda cuaca ekstrem menjadi kunci utama dalam upaya pencegahan risiko bencana,” tutup Kukuh.

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.