Daya Beli Masyarakat Tetap Kuat, Konsumsi Domestik Topang Pertumbuhan Ekonomi

oleh -
Penulis: Wahyuddin Nurhidayat
Editor: Ardiansyah
Foto: Suasana Pasar Tanah Abang Blok A dan Blok B, Rabu (26/3/2025). (Chandra)
Foto: Suasana Pasar Tanah Abang Blok A dan Blok B, Rabu (26/3/2025). (Chandra)

BorneoFlash.com, JAKARTA – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, menyatakan bahwa masyarakat Indonesia berhasil menjaga daya beli mereka dengan baik. Sejumlah indikator konsumsi mencerminkan tren positif.

 

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Februari 2025 mencapai 126,4, menunjukkan optimisme konsumen yang tetap tinggi. Selain itu, Indeks Penjualan Ritel (IPR) tumbuh 0,5% secara tahunan (year-on-year), seiring lonjakan penjualan suku cadang dan aksesori otomotif. Angka ini menunjukkan bahwa masyarakat masih aktif berbelanja.

 

“Perkembangan ini memperkuat harapan bahwa konsumsi domestik akan terus menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2025,” ujar Febrio dalam keterangannya, Rabu (9/4/2025).

 

Sementara itu, inflasi Indonesia pada Maret 2025 tercatat sebesar 1,03% (yoy), meningkat dibanding Februari yang mengalami deflasi 0,09%. Kenaikan ini muncul setelah pemerintah mengakhiri kebijakan diskon tarif listrik.

 

Meski demikian, Febrio menegaskan bahwa pemerintah berhasil menjaga inflasi tetap terkendali, meskipun bertepatan dengan momentum Ramadan dan Idulfitri. “Stabilnya harga pangan selama bulan Ramadan dan Idulfitri mendukung kondisi ini,” katanya.

 

Secara rinci, inflasi inti bertahan di level 2,48% (yoy). Peningkatan terjadi di sebagian besar kelompok pengeluaran, terutama pada kategori pakaian dan alas kaki yang naik menjelang Idulfitri.

 

Inflasi pangan bergejolak tercatat sebesar 0,37%, terutama karena harga beras dan produk unggas menurun. Namun, beberapa komoditas pangan mengalami kenaikan harga bulanan akibat lonjakan permintaan menjelang hari raya.

 

Sementara itu, komponen harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 3,16% (yoy), lebih rendah dibanding Februari. “Berakhirnya diskon tarif listrik pada Maret serta naiknya tarif angkutan antarkota saat mudik mendorong inflasi, namun kebijakan PPN DTP untuk tiket pesawat justru menekan tarif angkutan udara secara bulanan,” jelas Febrio. (*)

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.