Pemerintah Impor Gula: Antisipasi Lonjakan Harga Jelang Panen

oleh -
Penulis: Wahyuddin Nurhidayat
Editor: Ardiansyah
Kepala Badan Pangan, Arief Prasetyo (Jaket Hijau). Foto: Retno Ayuningrum
Kepala Badan Pangan, Arief Prasetyo (Jaket Hijau). Foto: Retno Ayuningrum

BorneoFlash.com, JAKARTA – Pemerintah akan mengimpor 200 ribu ton gula tahun ini untuk menjaga stabilitas harga dan memperkuat cadangan pangan nasional. Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, menyatakan bahwa meskipun pemerintah menargetkan penghentian impor gula, keputusan ini diambil karena harga gula terus naik, sementara panen raya baru akan berlangsung pada April-Mei.

 

Arief menjelaskan bahwa impor ini hanya cukup untuk sekitar tiga minggu, mengingat kebutuhan nasional mencapai 250 ribu ton per bulan. Saat harga gula naik seperti sekarang, pemerintah harus segera melepas stok yang ada ke pasar guna menekan harga dan menghindari lonjakan lebih lanjut.

 

Saat ini, harga gula di tingkat petani mencapai Rp15.700 per kilogram, lebih tinggi dari harga acuan pemerintah yang ditetapkan sebesar Rp14.500 per kilogram. Arief menegaskan bahwa pemerintah harus menjaga keseimbangan harga, baik untuk konsumen maupun petani.

 

Impor Gula untuk Konsumsi, Bukan Industri

Pemerintah memastikan bahwa impor gula ini hanya untuk konsumsi masyarakat, bukan untuk kebutuhan industri. Pengadaan akan dilakukan melalui BUMN pangan seperti ID Food, PT Perkebunan Nusantara (PTPN), dan Bulog. Meski demikian, Arief mengakui bahwa realisasi impor masih dalam tahap pembahasan lintas kementerian, sehingga belum ada kepastian kapan gula impor akan tiba di pasar.

 

“Proses ini memerlukan waktu. Setelah keputusan final dibuat, BUMN terkait akan mengikuti mekanisme penugasan dari Menteri BUMN. Kami juga akan berkoordinasi dengan Kemenko Pangan serta kementerian dan lembaga lain untuk memastikan impor berjalan sesuai kebutuhan,” jelasnya.

 

Target Swasembada dan Tantangan di Lapangan

Pemerintah tetap menargetkan swasembada pangan, di mana 90% hingga 100% kebutuhan gula nasional harus dipenuhi dari produksi dalam negeri. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa impor masih diperlukan. Tahun lalu, Indonesia masih mengimpor sekitar 700 ribu ton gula untuk mencukupi kebutuhan domestik.

Baca Juga :  Komisi III DPRD Balikpapan Sidak Ruko Kawasan Green Valley 

 

Arief menjelaskan bahwa stok awal tahun 2024 sebenarnya cukup, dengan sekitar 4,5 juta ton gula tersedia, yang diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan hingga panen tebu tiba. Namun, dalam kondisi harga yang terus meningkat, pemerintah perlu mengambil langkah cepat agar tidak terjadi gejolak di pasar.

 

Ke depan, pemerintah berupaya memperkuat produksi dalam negeri agar ketergantungan terhadap impor semakin berkurang. “Jika produksi nasional sudah mampu memenuhi 90% hingga 100% kebutuhan, maka kita bisa dikatakan swasembada. Saat ini, kita masih dalam tahap menuju ke arah tersebut,” pungkasnya. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.