BorneoFlash.com, KESEHATAN – Mengonsumsi makanan atau minuman manis sering dianggap dapat meningkatkan suasana hati. Ketika gula dikonsumsi, otak melepaskan serotonin dan dopamin, neurotransmitter yang berperan dalam sistem penghargaan otak, sehingga seseorang merasa bahagia dan lebih bersemangat.
Namun, di balik efek tersebut, gula juga memiliki potensi menyebabkan kecanduan. Ketika rasa bahagia mereda, otak cenderung menginginkan sensasi tersebut kembali.
Hal ini membuat seseorang seringkali menginginkan (craving) makanan atau minuman manis, terutama saat kadar glukosa dalam tubuh menurun. Akibatnya, konsumsi gula yang berlebihan dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan.
Menurut dr. Rozana Nurfitria Yulia, Spesialis Gizi Klinik RS Pusat Otak Nasional (RSPON), konsumsi gula berlebih tidak hanya memicu kecanduan, tetapi juga berhubungan dengan peningkatan risiko depresi dan gangguan mental.
“Gula terkait sekali dengan depresi. Kadang jadi orang menyebutkan ‘karena saya depresi maka kita suka makan banyak minum manis’ ternyata kondisi itu bukan suatu solusi,” kata Rozana dikutip BorneoFlash.com dari Antara, Sabtu (25/1/2025).
Rozana menjelaskan bahwa gula tinggi dapat memicu pelepasan hormon kortisol akibat peradangan dalam tubuh. Kortisol, yang dikenal sebagai hormon stres, justru dapat memperburuk depresi.
Penelitian terhadap 1,3 juta orang menunjukkan bahwa konsumsi gula sebesar 100 gram per hari meningkatkan risiko depresi hingga 28 persen.
“Ternyata asosiasi penggunaan gula bukan hanya terkait sama penyakit metabolik, ternyata kesehatan mental juga suatu hal yang perlu diperhatikan juga karena asupan tinggi gula gitu,” ujarnya.