Di Balikpapan kebanyakan menggunakan air tanah. “Kita lihat instalasi pengolahan air itu banyak kesana, dengan kapasitas yang ada 50 liter per detik, kadang 100 liter per detik,” imbuhnya.
Pemkot juga melakukan pemanfaatan air sungai mahakam, sebagai solusi jangka panjang. Walaupun memang pembiayaan yang diperlukan cukup besar. Seperti halnya proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan Kabupaten Pasuruan, yang bisa menangani kebutuhan air di Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya dan Gresik.
“Kami akan dorong terus menerus. Ini teknologinya kalau mau digunakan, silahkan digunakan, karena penelitian itu nggak murah, apalagi Brin sudah juga melakukan inovasi baru,” katanya.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Sosial, Kesejahteraan dan Pengembangan SDM Setda Kota Balikpapan, Adamin Siregar mengakui Balikpapan memang kekurangan air. Namun, Pemkot juga mencari solusi untuk mengatasi kelangkaan air, dengan cara desalinasi air laut, SPAM dengan memanfaatkan Sungai Mahakam, termasuk sumur dalam.

Lanjut Adamin mengatakan BRIN mempunyai teknologi yang sederhana dan murah terkait penggunaan air hujan. “Teknologi dari BRIN ini bisa menjadi salah satu solusi, kalau menggunakan air laut memang teknologi yang digunakan terlalu tinggi, tentu biaya terlalu mahal. Meskipun sumber air laut banyak,” tuturnya.
Ia berharap bisa berkolaborasi antara pemerintah dengan perguruan tinggi dan BRIN. “Mudah-mudahan universitas mulia kedepan bisa melakukan seminar yang lebih spesifik khusus kebutuhan Balikpapan,” pungkasnya.