Meskipun demikian, ia berharap air yang dihasilkan dari sumur resapan ini dapat dilakukan pengecekan ke laboratorium. Untuk memastikan saja, air ini aman untuk digunakan.
“Disamping kita juga memberikan penghargaan. Jangan sampai juga menimbulkan permasalahan kesehatan kepada warga kita. Kita sama-sama punya tanggung jawab,” katanya.
Sementara itu, pemilik sumur resapan, Muafi mengatakan sebelum ada sumur resapan ini, warga selalu membeli air tandon. Tentunya, menghabiskan banyak uang setiap bulannya karena satu tandon hanya bertahan untuk tiga hari.
Untuk itu, berinisiatif membuat sumur resapan yang mempunyai kedalaman 70-80 meter ini. Sebanyak 50 rumah warga sudah menikmati air dari sumur resapan, dengan hanya membayar Rp 10 ribu per kubik air. Hal ini sangat membantu sekali jika dibandingkan untuk membeli air tandon dalam sebulan.

“Sistemnya kami tidak 24 jam, supaya tidak pemborosan dalam pemakaian air dan maintenance supaya bagus,” terangnya.
Sumur yang bermodalkan puluhan juta ini awalnya airnya tidak bersih, kemudian dibuatlah filter yang terbuat dari pasir laut, batu karang dan lainnya, sehingga airnya menjadi jernih.