Mark Zeitoun, direktur Geneva Water Hub mengatakan air laut yang dipompa ke dalam terowongan melintasi tanah berpasir dan berpori di Gaza, pasti akan meresap ke akuifer, cadangan air 2,3 juta penduduknya.
Akuifer itu sudah sangat terkontaminasi limbah dan infiltrasi air laut yang disebabkan pengambilan berlebihan.
“Jika Anda menambah lebih banyak air laut secara langsung, hal ini tidak akan mengubah sumber daya berkualitas tinggi menjadi sumber daya yang rentan, melainkan mengubah sumber daya rentan menjadi sumber daya pembawa bencana,” kata Zeitoun.
“Ini akan merusak kondisi kehidupan semua orang di Gaza. Saya mengatakan kondisi kehidupan karena menurut saya itu adalah salah satu unsur genosida dalam konvensi PBB, penghancuran fisik sebagian atau seluruhnya terhadap kondisi yang diperlukan bagi kehidupan suatu bangsa,” katanya.
“Membanjiri akuifer air tawar dengan air laut bertentangan dengan norma yang telah dikembangkan umat manusia, termasuk aspek lingkungan hidup dalam hukum humaniter internasional/aturan perang dan prinsip terbaru mengenai perlindungan lingkungan dalam kaitannya dengan konflik bersenjata,” ucapnya menambahkan.
Wim Zwijnenburg, peneliti di Pax for Peace, yang menyelidiki dampak perang terhadap lingkungan, memperingatkan bahaya tambahan. “Kami tak tahu apa yang tersimpan di terowongan itu,” katanya.
Menurutnya, ada laporan beredar bahwa sekitar 20.000 galon bahan bakar disimpan di terowongan. itu berpotensi mempengaruhi tanah dan masuk ke akuifer dan air tanah.
Membanjiri terowongan juga akan menimbulkan risiko bagi integritas tanah Gaza, wilayah berpenduduk paling padat di dunia. Jika terowongan runtuh di bawah area yang sudah dibangun, itu dapat juga menyebabkan bangunan-bangunan di atasnya juga ikut runtuh.