DPRD Paser Tekankan Solusi Konkret Nasib Pedagang Wiskul Sungai Tuak

oleh -
Editor: Ardiansyah
DPRD Paser Menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan memanggil dinas teknis dan perwakilan pedagang untuk mendengarkan secara langsung permasalahan kondisi kios. Foto: BorneoFlash.com/Joe.
DPRD Paser Menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan memanggil dinas teknis dan perwakilan pedagang untuk mendengarkan secara langsung permasalahan kondisi kios. Foto: BorneoFlash.com/Joe.

BorneoFlash.com, TANA PASER – Ketidakpastian nasib pedagang Wisata Kuliner (Wiskul) Sungai Tuak terus berlanjut setelah pemindahan dari Jalan Modang, Kecamatan Tanah Grogot ke wilayah Desa Sungai Tuak.

 

Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Paser, Budi Santoso, menyoroti keputusan ini, menyatakan bahwa pemindahan tersebut terkesan dipaksakan.

 

Dalam pandangannya, relokasi Wiskul ini menimbulkan berbagai masalah, terutama terkait dengan kerusakan kios dan penurunan pendapatan pedagang. 

 

Budi Santoso menilai bahwa pembangunan Wiskul yang baru seharusnya memberikan solusi yang lebih baik daripada sebelumnya, bukan malah mempercepat pembangunan tanpa memberikan solusi konkret.

 

“Pembangunan Wiskul yang baru harusnya lebih baik dari yang ada sebelumnya, jadi tidak serta merta mempercepat pembangunan namun tak memberikan solusi,” ungkap Budi Santoso.

 

Perhatian terhadap nasib pedagang semakin meningkat dalam konteks pembahasan perbaikan kerusakan kios di Wiskul Sungai Tuak. Meskipun pemerintah daerah telah mempertimbangkan audit terhadap anggaran yang dialokasikan, belum ada kepastian mengenai perbaikan tersebut.

 

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP), DPRD Paser telah memanggil dinas teknis dan perwakilan pedagang untuk mendengarkan secara langsung permasalahan kondisi kios. Plt Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Kadisporapar), Arief Rahman, mengakui ketidakberanian untuk menganggarkan perbaikan pada tahun ini.

 

Arief Rahman menjelaskan bahwa kawasan Wiskul Sungai Tuak baru saja diresmikan pada Maret 2023, dan masih terdapat masalah keuangan terkait proyek pengerjaan Wiskul yang seharusnya selesai pada tahun 2022, namun mengalami keterlambatan. Progres baru mencapai 85 persen karena pembayaran sebelumnya tidak penuh, dengan sisa Rp634 juta yang harus diselesaikan.

 

“Saya sudah memanggil pihak konsultan dan Bappeda. Seharusnya pekerjaan kontainer (kios) ditunda dulu. Jika kita perbaiki, berarti kita numpang di kegiatan lama, jadi kegiatan yang baru tidak ada tanggung jawab sama sekali,” ujar Arief Rahman.

Baca Juga :  PHM Terima Penghargaan Keselamatan Kerja Dari Kementerian ESDM

 

Meski audit terkait pemanfaatan Wiskul telah dilakukan, audit terkait masalah keuangan masih dalam pembahasan di inspektorat. Anggota Komisi III DPRD Paser, Budi Santoso, menekankan perlunya solusi konkret dan peningkatan kualitas pembangunan untuk memastikan keberlanjutan Wiskul Sungai Tuak di masa depan.

 

Pelaksanaan audit terkait sisa tanggungan Rp634 juta dari Pemkab masih dalam tahap pembahasan di inspektorat. Diharapkan, langkah-langkah perbaikan yang matang dan terencana akan diambil untuk memastikan keberlanjutan Wiskul Sungai Tuak dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pedagang. (Adv/Joe)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.