Sementara itu, Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Balikpapan, Rasmid menyampaikan data dari BMKG bahwa konjungsi atau bulan baru itu terjadi pada siang tadi sekitar pukul 12:12 WITA.
“Itu adalah perubahan dari bulan Ramadhan ke bulan Syawal. Kalau misalnya konjungsi nya adalah siang tadi, maka tenggelam sekarang umur bulan 6 jam sedangkan untuk bulan Ramadhan umur bulan 29 hari 10 jam 45 menit. Kalau sampe sore ini umur bulan 29 hari enam 6 jam. Ini belum memenuhi waktu umur bulan puasa,” paparnya.
Oleh karena itu, pihaknya melakukan pemantauan hilal pada sore hari ini tetapi hasilnya masih kecil ketinggian hilal di Balikpapan yakni 1,5 derajat dan ini masih jauh di bawah ambang batas untuk observasi. Yang paling besar ketinggian hilal di Indonesia yakni di Aceh dengan 2,25 derajat. Itu pun masih dibawah. Kemungkinan sangat kecil sekali sore ini untuk melihat hilal.
“Kita berusaha mencoba (pemantauan) siapa tau ditempat lain bisa terobservasi hilal tersebut,” ucapnya.
Hasil dari pemantauan BMKG di seluruh Indonesia akan diserahkan kepada BMKG pusat yang nantinya akan dibawa kepada sidang isbatKementerian Agama RI. “Kami hanya memberikan data saja BMKG dari seluruh Indonesia dan hasil akhir yang menentukan adalah Kementerian Agama RI,” terangnya.

Wali Kota Balikpapan H Rahmad Mas’ud yang diwakilkan Asisten Tata Pemerintahan Setda Kota Balikpapan, Zulkifli saat ikut melakukan pemantauan mengatakan kegiatan Rukyatul Hilal merupakan tradisi umat Islam, untuk menentukan 1 Syawal 1444 Hijriah.
Meskipun terdapat perbedaan waktu jatuh 1 Syawal 1444 Hijriah tentunya ini bukan hal yang pertama terjadi di Indonesia.
“Apapun itu, saya kira tidak perlu dipermasalahkan, karena perbedaan adalah Rahmat. Yang terpenting, kita menjalankan ibadah puasa dengan baik, menunaikan kewajiban membayar zakat fitrah serta tetap saling menghormati dan menghargai terhadap saudara kita yang berbeda pandangan mengenai 1 Syawal 1444 Hijriah,” jelasnya.