Dalih “Orang Dalam” 

oleh -
Editor: Ardiansyah
Jayadi, Penikmat Kajian Sosiologi Kota. Foto: HO.
Jayadi, Penikmat Kajian Sosiologi Kota. Foto: HO.

Analisa sumir lantas bermunculan di kanal-kanal perbincangan hingga media sosial. Mulai dari ceruk kesempatan yang diambil pendatang hingga tidak jarang mereka yang belum terkaryakan menyalahkan keberadaan “orang dalam”.

“Orang dalam” di sini merujuk pada individu yang sudah dipekerjakan di suatu perusahaan dan dianggap mampu membantu orang lain untuk dapat diterima bekerja di perusahaan yang sama tempatnya bekerja.

Kecenderungan menyalahkan keberadaan“orang dalam” oleh pencaker sebetulnya menunjukkan adanya ketakutan berkompetisi dan menganggap bahwa koneksi menjadi satu-satunya faktor penentu dalam mencari kerja. 

Mereka mengabaikan fakta bahwa perusahaan-perusahaan saat ini cenderung mencari karyawan yang berkualitas dan mampu berkontribusi secara maksimal dalam pekerjaannya.

Kesalahan dalam mengidentifikasi kegagalan mengakibatkan perbaikan kualitas diri seringkali terabaikan. Padahal, mekanisme rekrutmen pekerja di perusahaan-perusahaan hari ini sudah mengarah pada sistem meritokrasi, di mana kualitas dan kompetensi calon pekerja menjadi faktor utama dalam proses seleksi.

Fenomena ini juga dapat mengindikasikan kepribadian inferior yang dimiliki oleh sebagian pencaker. Kepribadian inferior merujuk pada rasa kurang percaya diri, merasa rendah diri, dan merasa tidak mampu bersaing dengan orang lain. 

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.