Sang ayah dimakamkan di Jakarta. “Dimakamkan di Jakarta, informasi dari kakak, makam sudah dipindah ke kampung halaman, Tapanuli Utara. Sampai sekarang saya belum pernah melihat makam beliau,” tutur lulusan SMA Sinar Pancasila Balikpapan ini.
Wajah kedua orangtuanya juga tak mengetahui. “Kalau wajah ayah saya samar-samar, karena waktu kecil, ayah meninggal, ibu juga tidak tahu. Informasi dari kakak, ibu juga sudah meninggal, tapi tidak ada yang tahu dimana dimakamkan,” jelasnya.
Selain itu, Febriyanto tetap tabah dan sabar, meski juga belum pernah bertemu langsung dengan empat saudaranya yang tinggal di Tarakan dan Medan. “Belum pernah ketemu, video call juga jarang sekali, karena sinyal di kampung sulit,” ujarnya.

Menjadi anggota polisi menjadi kebanggaan diri serta para penghuni panti asuhan. “Kalau saya lepas dinas, saya selalu ke Panti Asuhan bertemu dengan para penghuni. “Saat ini ada 18 anak. Paling kecil usia 5 tahun, yang besar ada sudah kuliah,” tuturnya.
Dia kerap membawakan makanan serta motivasi agar adik-adik penghuni panti menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat. “Saya selalu bilang pada adik-adik, kalau besar jadi polisi saja,” tuturnya.
(BorneoFlash.com/Humas Polda Kaltim)