“Saya memuji tim Taylor karena mengakui kesalahan dalam barang dagangan yang sebenarnya adalah merek perusahaan saya, @TheFolklore. Saya menyadari bahwa dia sangat mendukung perempuan yang melindungi hak-hak kreatif mereka, jadi sangat baik melihat timnya dalam jalur yang sama,” tulisnya di Twitter.
Pada 24 Juli lalu, Rasool selaku pemilik perusahaan yang menjual barang-barang dari Afrika itu mengaku khawatir melihat logo di pernak-pernik album Swift yang menunjukkan kesamaan mencolok dengan produknya.
“Taylor Swift, menggunakan nama folklore adalah satu hal, tapi haruskah mencuri logo milik perempuan berkulit hitam, juga?” kata Rasool kala itu melalui Instagram.
Dia melanjutkan, “Saya membagikan kisah saya untuk mengungkap tren perusahaan besar atau selebritas yang meniru karya pemilik usaha kecil yang dimiliki minoritas. Saya tidak akan membiarkan pencurian terang-terangan ini tidak terkendali.”
Setelah masalah terselesaikan pada hari berikutnya, Rasool mengatakan kepada ribuan pengikutnya bahwa pengacaranya sudah berkomunikasi dengan Swift untuk menentukan langkah yang diperlukan selanjutnya guna memperbaiki situasi ini.
Sumber : CNN Indonesia