BorneoFlash.com, JAKARTA – Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp16.350–16.450 per dolar AS pada perdagangan hari ini, seiring sikap wait and see pelaku pasar terhadap data ekonomi Amerika Serikat (AS).
Pada pembukaan perdagangan Kamis di Jakarta, rupiah melemah 28,50 poin atau 0,17 persen menjadi Rp16.444 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.418 per dolar AS.
“Investor masih wait and see menunggu data ekonomi AS selama dua hari ke depan. Meskipun aksi jual obligasi di negara ekonomi utama mereda, faktor pemicu masalah fiskal dan politik belum benar-benar hilang,” kata Lukman.
Ia menambahkan, sepanjang pekan ini pelaku pasar menunggu rilis data Purchasing Managers’ Index (PMI) Jasa AS pada Kamis dan data ketenagakerjaan Non-Farm Payrolls (NFP) AS pada Jumat (5/9).
Mengacu laporan S&P Global pada Selasa (2/9), PMI Manufaktur AS diperkirakan mencapai 53,0 pada Agustus 2025, naik dari 49,8 pada Juli 2025. Angka tersebut menjadi level tertinggi sejak Mei 2022, menunjukkan kondisi operasional manufaktur membaik di tengah lonjakan produksi, pesanan baru yang solid, peningkatan persediaan, serta perekrutan pekerja baru yang terus tumbuh selama delapan bulan berturut-turut.
Di sisi lain, Lukman menilai rupiah masih berpotensi menguat terhadap dolar AS, didukung data ketenagakerjaan AS Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) yang menunjukkan jumlah lowongan kerja lebih rendah dari perkiraan pasar.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia per 3 September 2025 tercatat Rp16.424 per dolar AS, melemah dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.418 per dolar AS. (*/ANTARA)





