Perayaan Tahun Baru Imlek, Tradisi Tertua dalam Komunitas Tionghoa

oleh -
Pengurus Guang De Miao, atau Kelenteng Satya Dharma saat memandikan patung dewa-dewi di Jalan Bukit Niaga Nomor 28 Pasar Baru, Klandasan Ilir, Balikpapan Selatan. Foto : BorneoFlash.com/Niken.
Pengurus Guang De Miao, atau Kelenteng Satya Dharma saat memandikan patung dewa-dewi di Jalan Bukit Niaga Nomor 28 Pasar Baru, Klandasan Ilir, Balikpapan Selatan. Foto : BorneoFlash.com/Niken.

BorneoFlash.com, BALIKPAPAN – Warga keturunan Tionghoa di Balikpapan menantikan perayaan Tahun Baru China atau Imlek 2573 yang jatuh pada 1 Februari 2022.

Perayaan Tahun Baru Imlek 2022 merupakan perayaan tradisi tertua dan terpenting dalam kehidupan komunitas Tionghoa. Imlek memiliki makna dari dua kata yang berarti penanggalan bulan atau juga chunjie yang mengarah pada perayaan musim semi.

Kata Imlek “Im” berarti bulan, dan “Lek” berarti penanggalan, kata ini berasal dari dialek Hokkian atau mandarinnya yin li yang berarti kalender bulan. Tahun Baru Imlek 2022 berlambang shio macan air. 

Warga Tionghoa merayakan imlek pada saat musim semi mulai datang. Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat. Apalagi kebanyakan dari masyarakat Tionghoa melakukan bercocok tanam, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Memang perayaan Imlek 2022 ini memiliki syarat akan makna, seperti halnya perayaan keagamaan lain, semua anggota keluarga berkumpul di malam Tahun Baru Imlek 2022, untuk saling berbagi kebahagiaan, seperti berbagi angpao, makan malam bersama, dan masih banyak lagi.

Dalam perayaan Tahun Baru Imlek ini kalimat ‘Gong Xi Fa Cai’ diucapkan teruntuk yang merayakan tahun baru Imlek 2022.

Salah satu ritual yang dilakukan warga Tionghoa menjelang Tahun Baru China adalah memandikan patung dewa-dewi yang dilakukan oleh Pengurus Guang De Miao, atau Kelenteng Satya Dharma, di Jalan Bukit Niaga Nomor 28 Pasar Baru, Klandasan Ilir, Balikpapan Selatan.

Ketua Klenteng Guang De Miao Hindro Ariwijaya menyampaikan, prosesi untuk membersihkan patung dewa-dewi ini dilakukan sejak pagi.

“Sebelum memandikan patung dewa-dewi yakni mereka melakukan sembahyang untuk meminta izin,” ujarnya, Jumat (28/1/2022). 

Hindro mengatakan, saat patung dimandikan warga tionghoa meyakini telah melepas dewa-dewi yang ada di patung tersebut naik ke langit dan tidak sedang berada di patung.

Baca Juga :  Wali Kota Berada di Semua Pihak, Klaim Dukungan Bakal Calon Ketua Koni Balikpapan 

“Para dewa dewi ini kelangit untuk melaporkan catatan mereka selama setahun kepada dewa langit. Tradisi ini sudah kami lakukan sejak jaman nenek moyang kami bermukim di Balikpapan,” ucapnya. 

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135