Sepanjang 2025, BPBD Samarinda Catat 318 Kejadian Bencana

oleh -
Penulis: Nur Ainunnisa
Editor: Ardiansyah
Kepala Pelaksana BPBD Kota Samarinda, Suwarso. Foto: BorneoFlash/Nur Ainunnisa
Kepala Pelaksana BPBD Kota Samarinda, Suwarso. Foto: BorneoFlash/Nur Ainunnisa

BorneoFlash.com, SAMARINDA  – Kota Samarinda kembali dihadapkan pada dinamika kebencanaan yang cukup berat sepanjang 2025. 

 

Berbagai peristiwa alam terjadi silih berganti, mulai dari longsor, banjir, hingga cuaca ekstrem, yang berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat di sejumlah wilayah.

 

Data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menunjukkan bahwa longsor menjadi bencana paling dominan.

 

Karakteristik wilayah Samarinda yang banyak memiliki kontur perbukitan, ditambah intensitas hujan yang tinggi, membuat sejumlah kawasan rentan mengalami pergerakan tanah sepanjang tahun.

 

Kepala Pelaksana BPBD Kota Samarinda, Suwarso, menjelaskan bahwa seluruh catatan kejadian tersebut bersumber dari Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD yang secara rutin melakukan pemantauan dan pendataan.

 

“Berdasarkan hasil pengolahan data Pusdalops BPBD Kota Samarinda hingga akhir tahun 2025, tercatat sebanyak 151 kejadian longsor,” ujar Suwarso, pada Sabtu (20/12/2025).

 

Ia menambahkan, tingginya angka longsor tidak hanya berdampak pada kerusakan lingkungan dan fasilitas umum, tetapi juga menimbulkan korban jiwa. Beberapa peristiwa bahkan meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat.

 

Suwarso mengungkapkan bahwa kejadian paling fatal terjadi pada Mei 2025, ketika sejumlah warga meninggal dunia akibat tertimbun material longsor di beberapa titik berbeda.

 

“Pada bulan Mei lalu, kita kehilangan empat warga di kawasan Belimau dan satu warga di wilayah Gerilya yang meninggal dunia akibat longsor. Kami berharap kejadian serupa tidak kembali terjadi di tahun-tahun mendatang,” ungkapnya.

 

Selain longsor, BPBD juga mencatat tingginya kejadian cuaca ekstrem selama 2025. Fenomena ini mencakup hujan dengan intensitas tinggi serta angin kencang yang kerap memicu pohon tumbang dan mengganggu aktivitas masyarakat.

 

“Untuk kejadian cuaca ekstrem, baik angin kencang maupun hujan deras dengan intensitas tinggi, tercatat sebanyak 138 kejadian,” jelas Suwarso.

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.