Operasi Zebra Mahakam 2025, Polda Kaltim Catat Angka Kecelakaan Turun 16 Persen

oleh -
Penulis: Niken Sulastri
Editor: Ardiansyah
Dirlantas Polda Kaltim, Kombes Pol Rifki, didampingi Wadirlantas AKBP Rio dan Kabag Ops Ditlantas Polda Kaltim AKBP Feby saat menyampaikan Konferensi Pers Operasi Zebra Mahakam 2025, di Kantor Ditlantas Polda Kaltim, pada Selasa (2/12/2025). Foto: BorneoFlash/Niken Sulastri
Dirlantas Polda Kaltim, Kombes Pol Rifki, didampingi Wadirlantas AKBP Rio dan Kabag Ops Ditlantas Polda Kaltim AKBP Feby saat menyampaikan Konferensi Pers Operasi Zebra Mahakam 2025, di Kantor Ditlantas Polda Kaltim, pada Selasa (2/12/2025). Foto: BorneoFlash/Niken Sulastri

BorneoFlash.com, BALIKPAPAN – Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Timur (Kaltim), menemukan fakta baru yang menjadi sorotan dalam pelaksanaan Operasi Zebra Mahakam 2025. 

 

Meski jumlah kecelakaan lalu lintas turun 16 persen, jumlah korban luka berat justru melonjak drastis hingga 150 persen. Kondisi ini membuat Polda Kaltim melakukan evaluasi besar terhadap pola keselamatan jalan.

 

Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Kaltim, Kombes Pol Rifki, mengatakan bahwa temuan ini menjadi alarm bagi pihaknya untuk memperkuat upaya pencegahan, bukan sebatas penindakan.

 

“Secara angka kejadian memang turun, tetapi tingkat keparahan kecelakaan meningkat. Ini yang harus kami antisipasi. Keselamatan tidak cukup hanya mengurangi jumlah kejadian, tetapi juga mengurangi dampak fatalnya,” tegas Rifki, dalam Konferensi Pers pelaksanaan Operasi Zebra Mahakam 2025 di Kantor Ditlantas Polda Kaltim, pada Selasa (2/12/2025).

 

Dari data Operasi Zebra Mahakam 2025, korban meninggal dunia turun signifikan hingga 71 persen. Namun pada saat yang sama, korban luka berat meningkat tajam. Dari 16 kejadian kecelakaan, terdapat 31 kendaraan terlibat, dengan sepeda motor mendominasi sebanyak 21 unit.

 

Jenis kecelakaan terbanyak adalah tabrak depan-samping serta tabrakan dengan pejalan kaki, masing-masing tiga kejadian. Tidak ditemukan kasus tabrak lari sepanjang operasi berlangsung.

 

“Kecelakaan yang terjadi cenderung melibatkan manuver berbahaya seperti mendahului atau berpindah jalur. Ini yang kemudian berujung pada luka berat,” jelas Rifki.

 

Dari 27 korban kecelakaan tahun ini, kelompok usia yang paling banyak terdampak adalah anak-anak 0–15 tahun, usia produktif 31–35 tahun, serta usia 51–55 tahun.

 

“Ini menunjukkan bahwa kelompok rentan semakin terpapar risiko kecelakaan. Kami harus memperluas edukasi ke sekolah, keluarga, hingga masyarakat umum,” ujar Rifki.

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.