BorneoFlash.com, KUKAR – Festival Museum Kayu Tuah Himba resmi dibuka dan menjadi momentum penting untuk menghidupkan kembali peran Museum Kayu sebagai pusat edukasi dan konservasi budaya.
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) berharap kegiatan ini mampu menarik kembali minat masyarakat, terutama pelajar dan mahasiswa, untuk datang dan belajar tentang kekayaan budaya daerah.
Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setkab Kukar, Ahyani Fadianur Diani, menegaskan bahwa Museum Kayu merupakan aset penting Kampung Negeri Tekan Negara, namun masih memerlukan revitalisasi agar tampil lebih menarik dan representatif.
“Kita ingin museum ini kembali ramai dikunjungi, lebih dikenal, dan benar-benar berfungsi optimal sebagai pusat edukasi. Banyak bahan pameran berharga di dalamnya dan ke depan kita berharap museum ini dapat diperbaiki agar semakin menarik bagi masyarakat,” ujarnya.
Festival tahun ini menghadirkan beragam kegiatan inovatif seperti lomba kriya kayu bertema objek pemajuan kebudayaan, pameran digital budaya, workshop, dan aktivitas kreatif lainnya.
Salah satu yang menarik perhatian adalah game edukasi bernuansa budaya lokal yang dibuat oleh pelajar, sebagai bentuk adaptasi budaya ke dalam media modern yang dekat dengan generasi muda.
“Adik-adik kita sudah bisa membuat game dengan nuansa budaya khas Negeri Tekan Negara. Ini langkah yang membanggakan dan kita berharap pengembangan ini bisa terus berlanjut hingga suatu saat dapat dikenal secara nasional,” kata Ahyani.
Pemerintah daerah juga memberikan dukungan kuat terhadap kreativitas pelajar dari berbagai sekolah, termasuk SMK 2 Tenggarong yang menampilkan karya batik, kriya kayu, dan seni musik.
Ajakan partisipasi kepada sekolah lain pun dibuka lebar agar semakin banyak generasi muda terlibat dalam pelestarian budaya.
“Yang utama itu inisiatif. Kalau anak muda punya inisiatif, proses kreatifnya akan berjalan dengan baik. Kita sudah melihat banyak karya membanggakan dan kita ingin lebih banyak sekolah ikut berkontribusi dalam kegiatan seperti ini,” tambahnya.
Melalui festival ini, Pemkab Kukar berharap museum tidak hanya menjadi tempat penyimpanan benda bersejarah, tetapi juga pusat pembelajaran yang mampu membangun hubungan emosional antara masyarakat dengan budaya lokal, sekaligus memperkuat ekosistem pariwisata budaya di era modern.






