Ia menambahkan bahwa KBRI Beijing siap membuka komunikasi dengan para mahasiswa, baik terkait pembangunan Indonesia maupun perkembangan hubungan Indonesia–Tiongkok. “Dalam 20 tahun ke depan, China mungkin menjadi kekuatan ekonomi global dan ASEAN berada di posisi empat besar. Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN bisa jadi menempati posisi kelima. Karena itu, adik-adik harus berperan mempererat hubungan kedua negara,” ujarnya.
Sementara itu, Atase Pertahanan Beijing Laksamana Pertama TNI Sumartono berbagi pengalaman pribadinya saat menempuh pendidikan di Sekolah Staf dan Komando (Sesko) di Nanjing pada 2008. Ia mendorong mahasiswa agar serius belajar dan tetap berkontribusi untuk bangsa. “Selama kuliah di China, fokuslah belajar dan jangan malas. Tapi juga jangan lupa berbuat sesuatu untuk Indonesia,” katanya.
Atase Pendidikan Beijing Yudil Chatim menegaskan bahwa tugas utama mahasiswa Indonesia di Tiongkok adalah belajar, namun juga harus aktif berkolaborasi dan mencari peluang kerja sama dengan dunia industri. “Kami dari pemerintah tentu mendukung kegiatan mereka. Acara ini bukan sekadar bersenang-senang, tapi juga menghubungkan mahasiswa dengan kebutuhan industri,” jelas Yudil.
Dalam kegiatan itu, beberapa perusahaan juga memaparkan peluang kerja dan menjelaskan kriteria yang mereka cari dari lulusan kampus Tiongkok, mirip seperti job fair dengan pendekatan lebih mendalam.
Yudil menambahkan, mahasiswa juga bisa berkontribusi untuk masyarakat dan mempromosikan budaya Indonesia di Tiongkok. “Ada mahasiswa S2 arsitektur di Tsinghua yang membuat desain bangunan gratis untuk kampung di Bali, dan ada mahasiswi dari Yunnan yang tampil di fashion show di Beijing dengan membawa suntiang dari Sumatera Barat. Jadi kontribusinya nyata,” ujarnya.
Acara penyambutan ini juga menampilkan berbagai pertunjukan seni dari masing-masing kampus dan stan kuliner khas Indonesia dari berbagai daerah. Sebagai bentuk apresiasi, KBRI Beijing memberikan 20 penghargaan kepada mahasiswa berprestasi yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di bidang akademik maupun non-akademik selama studi di Tiongkok. (*/ANTARA)





