“Diversifikasi sangat mungkin dilakukan, termasuk ternak babi, madu kelulut, hingga sarang burung walet. Namun, kami perlu menyiapkan terlebih dahulu pedoman teknis serta alur bisnisnya,” terang Fahmi.
Selain hewan ternak, program PDKT turut menyediakan fasilitas pendukung seperti gudang pakan, alat pencacah hijauan, timbangan ternak, hingga pengelolaan limbah.
Dengan sistem ini, kelompok ternak didorong agar mampu mandiri mulai dari pemeliharaan hingga pemanfaatan hasil ternak.
“Target kami, dalam dua sampai tiga tahun ke depan, kelompok ternak sudah dapat berkembang secara mandiri tanpa ketergantungan penuh pada bantuan pemerintah. Dengan begitu, sektor peternakan Kaltim akan tumbuh modern dan berkelanjutan,” tegasnya.
Meski begitu, Fahmi memberi catatan khusus terhadap rencana pengembangan ternak babi.
Ia mengingatkan masih ada ancaman serius dari virus African Swine Fever (ASF) yang sulit diberantas.
“Risiko ASF tetap menjadi tantangan utama. Membersihkan kandang hingga benar-benar bebas dari virus ini sangat sulit, sehingga kami perlu berhati-hati dalam merancang program tersebut,” pungkasnya.