Saatnya Islam Menjadi Mercusuar Dunia: “Sebuah Panggilan untuk Kebangkitan Intelektual dan Moral”

oleh -
Editor: Ardiansyah
Ilustrasi by review of religions
Ilustrasi by review of religions

Ibn Sina menunjukkan bahwa pencarian kebenaran melalui akal adalah bagian integral dari iman. Demikian pula, Ibn Rushd (Averroes), dengan komentarnya yang mendalam tentang Aristoteles, secara tegas membela filsafat dan akal sebagai jalan menuju kebenaran, menekankan harmoni antara akal dan wahyu. Gagasan ini sangat penting untuk menepis anggapan bahwa Islam menentang rasionalitas, sebaliknya, ia mendorong pemikiran kritis dan inovasi.

 

Namun, kebangkitan Islam sebagai mercusuar tidak hanya bertumpu pada kecemerlangan intelektual semata, melainkan juga pada dimensi etika dan spiritual. Imam Al-Ghazali, meskipun dikenal karena kritiknya terhadap beberapa aspek filsafat, justru berupaya untuk menyelaraskan akal dan hati, ilmu dan amal.

 

Karyanya yang monumental, Ihya’ ‘Ulum al-Din (Kebangkitan Ilmu-ilmu Agama), menekankan pentingnya pemurnian batin, moralitas, dan etika dalam kehidupan seorang Muslim. Ia mengingatkan bahwa ilmu tanpa amal, dan akal tanpa hati, akan hampa. Pesan Al-Ghazali ini sangat vital di zaman modern, di mana kemajuan teknologi seringkali tidak diimbangi dengan kemajuan moral, menyebabkan disorientasi dan kehampaan.

 

Lebih lanjut, pemikiran Ibn Khaldun, seorang sejarawan dan sosiolog terkemuka, memberikan kerangka analisis yang kuat tentang naik turunnya peradaban. Dalam Muqaddimah-nya, ia mengemukakan konsep asabiyyah (solidaritas sosial atau kohesi kelompok) sebagai faktor kunci dalam kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa.

 

Bagi Ibn Khaldun, asabiyyah yang kuat, yang seringkali didorong oleh ikatan agama dan moral, adalah prasyarat bagi pembangunan peradaban yang kokoh. Untuk Islam menjadi mercusuar dunia, umat Muslim harus terlebih dahulu merevitalisasi asabiyyah mereka, membangun kembali rasa persatuan, tujuan bersama, dan komitmen terhadap nilai-nilai inti Islam.

 

Baca Juga :  Niat Mengusir Tawon Malah Hebohkan Warga

Maka, untuk Islam menjadi mercusuar dunia di abad ke-21, ia harus menawarkan solusi nyata terhadap tantangan kontemporer. Ini berarti mengembangkan sistem ekonomi Islam yang adil dan bebas riba, mempromosikan tata kelola lingkungan yang bertanggung jawab sebagai khalifah di bumi, menegakkan keadilan sosial bagi semua tanpa memandang ras atau agama, serta memimpin dalam dialog antaragama untuk mempromosikan perdamaian dan saling pengertian. Ini bukan tentang dominasi politik atau militer, melainkan tentang kepemimpinan moral, intelektual, dan spiritual yang menginspirasi.

 

Singkatnya, Islam memiliki potensi inheren untuk kembali menjadi mercusuar dunia. Dengan kembali kepada nilai-nilai fundamentalnya yang universal—keadilan, ilmu pengetahuan, moralitas, dan persatuan—serta menggali kembali kekayaan warisan intelektual para filsuf Muslim seperti Al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rushd, Al-Ghazali, dan Ibn Khaldun, umat Islam dapat menawarkan model peradaban yang seimbang dan holistik. 

 

Ini adalah panggilan untuk kebangkitan internal, reformasi diri, dan komitmen kolektif untuk menghadirkan cahaya Islam sebagai panduan bagi seluruh umat manusia menuju masa depan yang lebih baik.

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

Jangan ketinggalan berita terbaru! Follow Instagram  dan subscribe channel YouTube BorneoFlash Sekarang

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.