Sementara itu, jalur beasiswa ke luar negeri diberlakukan dengan aturan lebih ketat.
Hanya pelajar dengan rekam jejak prestasi bertaraf internasional yang berhak mendaftar, baik di bidang akademik, olahraga, teknologi, maupun keagamaan.
Dasmiah menegaskan langkah ini diambil demi menjaga kredibilitas program.
“Beasiswa ini sepenuhnya berbasis prestasi. Kami harus selektif agar tidak menimbulkan rasa ketidakadilan di masyarakat. Transparansi adalah prinsip yang tidak bisa ditawar,” tegasnya.
Setiap penerima beasiswa juga diwajibkan menandatangani perjanjian untuk kembali ke Kaltim setelah menyelesaikan pendidikan.
Tujuannya agar ilmu dan pengalaman yang diperoleh dapat diterapkan di daerah, bukan sekadar menjadi pencapaian pribadi.
“Kami ingin memastikan generasi muda Kaltim tidak hanya sukses secara individu, tetapi juga memberi kontribusi nyata bagi daerahnya. Inilah bentuk investasi jangka panjang pemerintah untuk mencetak sumber daya manusia yang unggul,” tutur Dasmiah.
Melalui Gratispol, Pemprov Kaltim berharap mampu melahirkan generasi emas yang siap menjadi pemimpin tenaga ahli, hingga inovator di masa depan.
“Program ini tidak bisa dipandang semata sebagai bantuan biaya pendidikan, melainkan sebagai komitmen nyata pemerintah dalam menyiapkan putra-putri terbaik Kaltim agar mampu bersaing, mengabdi, dan menjadi kebanggaan daerah,” pungkasnya. (*)