Pemkab Pulang Pisau Optimistis Pendapatan Rp1,161 Triliun di RAPBD 2026

oleh -
Penulis: Berthan Alif Nugraha
Editor: Ardiansyah
Wakil Bupati Pulang Pisau Ahmad Jayadikarta menyerahkan rancangan Peraturan Daerah tentang APBD 2026 kepada Ketua DPRD Kabupaten Pulang Pisau Tandean Indra Bela. Foto: ANTARA/Dita Marsena
Wakil Bupati Pulang Pisau Ahmad Jayadikarta menyerahkan rancangan Peraturan Daerah tentang APBD 2026 kepada Ketua DPRD Kabupaten Pulang Pisau Tandean Indra Bela. Foto: ANTARA/Dita Marsena

BorneoFlash.com, PALANGKA RAYA – Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng), menetapkan target pendapatan daerah dalam RAPBD 2026 sebesar Rp 1,161 triliun.

 

Wakil Bupati Pulang Pisau, Ahmad Jayadikarta, menyampaikan bahwa pendapatan tersebut bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), transfer, serta lain-lain pendapatan sah. “Pendapatan daerah kita pada RAPBD 2026 mencapai Rp 1,161 triliun, terdiri dari PAD Rp 158,888 miliar, transfer Rp 996,268 miliar, dan lain-lain pendapatan sah Rp6 miliar. Semua itu kita arahkan untuk menopang kebutuhan pembangunan daerah,” jelasnya di Pulang Pisau, Sabtu.

 

Ahmad merinci, belanja daerah pada RAPBD 2026 mencapai Rp 1,222 triliun, meliputi belanja pegawai Rp355 miliar, belanja operasi dan belanja modal Rp 708,314 miliar, belanja tak terduga Rp2 miliar, serta belanja transfer Rp 156,728 miliar.

 

Ia menegaskan bahwa RAPBD 2026 mengalami defisit anggaran Rp 60,886 miliar. Untuk menutupinya, pemerintah daerah akan mengandalkan pembiayaan dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp 62,886 miliar.

 

Lebih lanjut, Ahmad menekankan arah pembangunan 2026 tetap berlandaskan prioritas daerah. Fokus pembangunan mencakup sektor pendidikan, ekonomi, kesehatan, infrastruktur, dan bidang strategis lain guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. “Penetapan program dan kegiatan prioritas tetap kami sesuaikan dengan dinamika lingkungan strategis, serta selaras dengan kebijakan pusat dan provinsi dalam RKP dan RKPD,” ujarnya.

 

Ia juga mengingatkan bahwa kondisi global ikut mempengaruhi daerah. Inflasi yang melanda banyak negara memicu kenaikan suku bunga bank sentral, sehingga menekan perekonomian domestik, meningkatkan angka pengangguran, dan memperparah kemiskinan. “Saat ini perekonomian mengalami kontraksi, pengangguran terbuka bertambah, dan angka kemiskinan meningkat,” tegasnya. (*/ANTARA)

Jangan ketinggalan berita terbaru! Follow Instagram  dan subscribe channel YouTube BorneoFlash Sekarang

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.