Ekonom Nilai Dana Pemerintah Jadi Motor Pertumbuhan DPK Perbankan

oleh -
Penulis: Berthan Alif Nugraha
Editor: Janif Zulfiqar
Arsip foto - Pada Selasa (4/2/2025), Andry Asmoro, yang menjabat sebagai Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, berbicara dalam acara “Economic Outlook 2025: Peluang dan Tantangan 2025” di Jakarta. Foto: ANTARA/Rizka Khaerunnisa/aa.
Arsip foto - Pada Selasa (4/2/2025), Andry Asmoro, yang menjabat sebagai Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, berbicara dalam acara “Economic Outlook 2025: Peluang dan Tantangan 2025” di Jakarta. Foto: ANTARA/Rizka Khaerunnisa/aa.

BorneoFlash.com, JAKARTA – Chief Economist PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Andry Asmoro, memproyeksikan kebijakan pengalihan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun ke perbankan mampu mendorong Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh hingga 10 persen secara tahunan (yoy).

 

Per Juli 2025, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat DPK perbankan meningkat 7,0 persen (yoy) menjadi Rp9.294 triliun.

 

“Penempatan dana Rp200 triliun di sistem perbankan akan menambah sekitar 2 persen dari posisi DPK saat ini senilai Rp9.294 triliun, sehingga pertumbuhan DPK berpotensi mendekati 10 persen (yoy),” ujar Asmoro dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

 

Ia menegaskan, pengalihan dana pemerintah tidak hanya mengerek pertumbuhan DPK, tetapi juga mendorong penyaluran kredit melampaui capaian Juli 2025 yang tumbuh 7,03 persen (yoy).

 

Asmoro menjelaskan, tambahan likuiditas di perbankan akan menekan suku bunga pasar uang antarbank atau Indonesia Overnight Index Average (IndONIA), memperkecil spread Pasar Uang Antarbank (PUAB), sekaligus meningkatkan volume transaksi pasar uang.

 

Dengan likuiditas yang lebih longgar, transmisi kebijakan moneter akan berjalan lebih efektif, dan kecepatan perputaran uang (velocity of money) berpeluang kembali ke level pra-pandemi COVID-19 di atas 2,5, terakhir tercatat pada 2019.

 

Menteri Purbaya Yudhi Sadewa telah mencairkan Rp200 triliun dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) di Bank Indonesia (BI) ke lima Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) pada Jumat (12/9) sore.

 

Dana tersebut terbagi masing-masing Rp55 triliun untuk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk; Rp25 triliun untuk PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN); serta Rp10 triliun untuk PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).

Baca Juga :  Rupiah Terpantau Melemah, Analis Prediksi Kisaran Rp16.225–Rp16.350

 

OJK melaporkan kredit perbankan pada Juli 2025 tumbuh 7,03 persen (yoy) menjadi Rp8.043,2 triliun, dengan rincian Kredit Investasi naik 12,42 persen (yoy), Kredit Konsumsi naik 8,11 persen (yoy), dan Kredit Modal Kerja naik 3,08 persen (yoy).

 

Pada periode yang sama, DPK naik 7,00 persen (yoy) menjadi Rp9.294 triliun. Komponen giro tumbuh 10,72 persen (yoy), tabungan naik 5,91 persen (yoy), dan deposito naik 4,84 persen (yoy).

 

Likuiditas industri perbankan tercatat memadai, ditunjukkan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) sebesar 119,43 persen dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 27,08 persen, jauh di atas ambang batas minimum masing-masing 50 persen dan 10 persen. Selain itu, Liquidity Coverage Ratio (LCR) juga berada pada level 205,26 persen. (*/ANTARA)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

Jangan ketinggalan berita terbaru! Follow Instagram  dan subscribe channel YouTube BorneoFlash Sekarang

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.