Serangan Israel pada UNIFIL Tuai Keprihatinan PBB

oleh -
Penulis: Berthan Alif Nugraha
Editor: Janif Zulfiqar
Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL Italia berpatroli bersama tentara Lebanon di Alma Shaab, dekat Garis Biru. Alma Chaab, Lebanon selatan (13/8/2025). Foto: HO/unifil.unmissions.org/Pasqual Gorriz (UN)
Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL Italia berpatroli bersama tentara Lebanon di Alma Shaab, dekat Garis Biru. Alma Chaab, Lebanon selatan (13/8/2025). Foto: HO/unifil.unmissions.org/Pasqual Gorriz (UN)

BorneoFlash.com, JAKARTA – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Rabu (3/9) mengecam serangan Israel yang terjadi di dekat pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL).

 

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers menegaskan bahwa Guterres menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden pada 2 September 2025, ketika drone militer Israel menjatuhkan granat di sekitar pasukan UNIFIL yang sedang menjalankan mandat Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701.

 

Dujarric menyebut tindakan Israel itu sebagai “salah satu serangan paling serius terhadap UNIFIL.” Ia merinci bahwa satu granat jatuh hanya berjarak 20 meter dari personel PBB, sementara tiga granat lainnya mendarat sekitar 100 meter dari posisi pasukan dan kendaraan mereka. Drone-drone tersebut kemudian terpantau kembali ke selatan Garis Biru di sisi Israel. Beruntung, tidak ada personel UNIFIL yang terluka.

 

Guterres menegaskan bahwa setiap tindakan yang mengancam nyawa pasukan perdamaian tidak dapat diterima. Ia menuntut semua pihak bertanggung jawab penuh untuk menjamin keselamatan pasukan perdamaian serta keamanan fasilitas PBB.

 

Serangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah Dewan Keamanan PBB pada 28 Agustus memperpanjang mandat UNIFIL untuk terakhir kalinya. UNIFIL sendiri telah beroperasi di Lebanon selatan sejak 1978, dan mandatnya diperluas melalui Resolusi 1701 setelah perang tahun 2006 antara Israel dan Hezbollah.

 

Ketegangan lintas batas antara Hezbollah dan Israel kembali pecah sejak Oktober 2023, pasca serangan Hamas di Israel. Konflik itu berkembang menjadi perang skala penuh pada September 2024 yang menewaskan lebih dari 4.000 orang dan melukai 17.000 orang. Meski gencatan senjata tercapai pada November, Israel tetap melancarkan serangan hampir setiap hari ke Lebanon selatan dengan alasan menargetkan aktivitas Hezbollah.

Baca Juga :  OIKN Tandatangani Perjanjian Tertutup NDA dengan Dua Investor Singapura di Ecosperity Week 2023

 

Seharusnya Israel menarik pasukannya sepenuhnya dari Lebanon selatan pada awal 2025, namun hingga kini mereka masih mempertahankan lima pos militer di perbatasan.

 

Indonesia ikut berperan dalam misi perdamaian UNIFIL sejak 2006. Pada April 2025, Indonesia kembali mengirimkan 1.090 prajurit untuk bertugas di Lebanon hingga 2026. (*/ANTARA)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

Jangan ketinggalan berita terbaru! Follow Instagram  dan subscribe channel YouTube BorneoFlash Sekarang

No More Posts Available.

No more pages to load.