BorneoFlash.com, BALIKPAPAN – Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Taufan Dimas Hareva menyatakan rupiah menguat karena peluang penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) semakin terbuka.
Ia menjelaskan, sentimen global berperan besar setelah pasar mencerna hasil Jackson Hole Symposium akhir pekan lalu. Dalam forum itu, sejumlah pejabat The Fed memberi sinyal kemungkinan pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
Menurut Taufan, potensi tersebut muncul karena inflasi melambat dan kebutuhan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi semakin mendesak. Sikap dovish itu menekan indeks dolar AS yang sebelumnya sempat reli, sehingga memberi ruang bagi mata uang utama dunia, termasuk rupiah, untuk menguat.
Mengutip Anadolu, Ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan peluang pemangkasan suku bunga pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) September 2025. Ia menekankan risiko inflasi berpotensi naik, sementara risiko ketenagakerjaan justru menurun dalam waktu dekat, sehingga kondisi itu menciptakan tantangan kebijakan.
Powell juga menegaskan kebijakan moneter tidak berada di jalur tetap. Anggota FOMC, lanjutnya, akan menentukan suku bunga berdasarkan data serta implikasinya terhadap prospek ekonomi dan keseimbangan risiko.
Rupiah tercatat menguat 92 poin atau 0,56 persen pada penutupan perdagangan Senin sore, menjadi Rp16.259 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.351. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menguat ke Rp16.255 per dolar AS dibandingkan posisi akhir pekan lalu di Rp16.340. (*/ANTARA)