BorneoFlash.com, JAKARTA – Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menegaskan bahwa kestabilan nilai tukar rupiah saat ini menjadi alasan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan.
Kepala Bidang Riset dan Kajian Ekonomi Perbankan Perbanas, Aviliani, mengatakan rupiah sudah lebih stabil karena investor asing mulai masuk.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2025 pada 19–20 Agustus, BI memutuskan menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,00 persen.
BI juga menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps ke level 4,25 persen, serta suku bunga lending facility sebesar 25 bps ke level 5,75 persen.
Aviliani menilai dinamika politik di Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Donald Trump menimbulkan ketidakpastian kebijakan, sehingga dolar tidak banyak kembali ke AS.
Kondisi ini membuat rupiah relatif stabil, yang menurutnya wajar mendorong BI menurunkan suku bunga acuan.
Ia menambahkan, sektor perbankan berharap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ikut menurunkan suku bunga karena perbankan selalu mengacu pada LPS.
Aviliani juga mengungkapkan bahwa perbankan kini tidak lagi menjadikan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebagai instrumen utama penempatan dana, seiring penurunan instrumen tersebut.
BI diketahui memangkas volume lelang sehingga posisi instrumen turun menjadi Rp720,01 triliun per 15 Agustus 2025, dari Rp916,97 triliun pada awal Januari 2025.
Sebaliknya, obligasi pemerintah masih menawarkan imbal hasil sekitar 6,3–6,4 persen. Karena itu, menurut Aviliani, masyarakat kini mempertimbangkan pilihan antara menempatkan dana di bank atau membeli obligasi ritel. (*/ANTARA)