Kenaikan harga tomat dipicu hujan berkepanjangan yang membatasi produksi, sedangkan cabai rawit dan bawang merah terdampak pasokan terbatas dari sentra produksi di Sulawesi dan Jawa Timur akibat kemarau basah.
Harga beras naik karena pasokan dari Sulawesi dan Jawa terbatas, sementara kenaikan harga mobil dipicu biaya distribusi yang meningkat seiring kenaikan harga BBM mulai 1 Juli 2025.
Berbeda dengan Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencatat inflasi 0,88% (mtm) pada Juli 2025. Inflasi tahun kalender mencapai 2,73% (ytd) dan inflasi tahunan sebesar 3,26% (yoy), lebih tinggi dibanding rata-rata nasional dan regional.
Penyumbang terbesar inflasi di PPU berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau (0,82% mtm), dengan komoditas utama tomat, cabai rawit, semangka, daging ayam ras, dan beras.
Sementara itu, lima komoditas penyumbang deflasi terbesar di PPU adalah ikan layang/benggol, sawi hijau, buncis, kangkung, dan ketimun.
Ke depan, BI Balikpapan bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan, PPU, dan Paser akan terus bersinergi menjaga stabilitas harga.
Upaya yang ditempuh meliputi pemantauan harga bahan pokok secara periodik, sidak pasar, mitigasi risiko kenaikan harga melalui rapat koordinasi berkala, penguatan kerja sama antar daerah, operasi pasar, gelar pangan murah, hingga gerakan pemanfaatan lahan pekarangan untuk hortikultura.
“Seluruh langkah ini selaras dengan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk menjaga inflasi daerah dalam sasaran nasional 2,5% ± 1%,” pungkas Robi. (*)