Pengunjung juga berkesempatan mencicipi Liberika Sepaku Trans—kopi yang telah dibudidayakan sejak 1975 di sekitar Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN—dengan aroma khas menyerupai nangka.
Suasana semakin hangat dengan kehadiran Slamet Prayogo, petani kopi liberika asal Samarinda yang mengelola kebun di Lok Bahu. Ia bercerita tentang ketangguhan tanaman ini.
“Liberika ini tanaman yang bandel, ditanam di mana saja bisa tumbuh. Tahun 2021 saya menanam di 0 mdpl, di Kutai Kartanegara, Muara Badak, Pantai Indah Kurma, dan hasilnya tumbuh subur, bisa dipanen. Jadi menanam kopi tidak hanya bisa di dataran tinggi,” jelas Prayogo.
Kopi liberika bukan sekadar minuman, tetapi simbol potensi lokal yang berdaya saing global. Ketahanannya terhadap hama, kemampuannya tumbuh di lahan gambut, dan cita rasa unik menjadikannya kandidat unggul untuk pertanian berkelanjutan.

Lebih dari itu, liberika dapat dibudidayakan melalui sistem agroforestri—memadukan kopi dengan pohon hutan—yang menjaga produktivitas lahan sekaligus melestarikan lingkungan.
Melalui pameran ini, Otorita IKN berharap kopi liberika dapat menjadi ikon baru Kalimantan Timur, khususnya Nusantara. Pameran ini diharapkan mendorong kolaborasi antara petani, peneliti, pelaku usaha, dan pemerintah, sekaligus mengajak dunia mencicipi secangkir Nusantara yang penuh cerita. (*/Humas Otorita IKN)