Psikolog Sebut Tekanan Mental dan Ketimpangan Peran Bisa Picu Ayah Bunuh Anak di Samarinda

oleh -
Penulis: Nur Ainunnisa
Editor: Ardiansyah
Ilustrasi kekerasan pada anak. Foto: Getty Images/iStockphoto/takasuu.
Ilustrasi kekerasan pada anak. Foto: Getty Images/iStockphoto/takasuu.

Terkait hubungan rumah tangga kakaknya, Nabila menyebut sempat ada keretakan namun tidak sampai berujung pada perceraian.

 

“Memang sempat renggang, tapi saat kejadian mereka masih tinggal satu atap,”ungkapnya.

 

Lebih jauh, Ayunda mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar guna mencegah tragedi serupa terjadi kembali.

 

“Kepedulian sosial adalah benteng pertama. Jika mendengar ada keributan, pertengkaran, atau tangisan di rumah tetangga, jangan diam saja. Tindakan nyata jauh lebih berarti daripada hanya merasa prihatin saat semuanya sudah terlambat,”ujarnya.

 

Ia juga mendorong warga untuk memanfaatkan fasilitas konseling yang tersedia secara gratis melalui layanan pemerintah.

 

“Layanan seperti Puspaga dan UPT-DPPA terbuka bagi siapa saja yang membutuhkan bantuan. Jangan ragu untuk berbicara, apalagi jika sedang berada dalam tekanan. Mencari pertolongan bukanlah kelemahan,”tuturnya.

 

Sebagai penutup, Ayunda menegaskan bahwa anak-anak tidak seharusnya menjadi korban dari persoalan orang dewasa. 

 

“Sebesar apapun persoalan dalam rumah tangga, anak tidak boleh dijadikan pelampiasan. Mereka berhak tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang,”pungkasnya. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.