Ketika rasa tidak berdaya tidak ditangani dengan baik, bisa berubah menjadi bentuk agresi ekstrem.
“Perubahan perilaku semacam ini seharusnya bisa dikenali lebih awal. Lingkungan sekitar memegang peranan penting untuk lebih peka dan peduli terhadap sinyal-sinyal gangguan,”tegasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menggali kemungkinan gangguan mental atau pengaruh zat tertentu yang mungkin dialami pelaku.
“Perilaku ekstrem seperti ini sering kali berkaitan dengan kondisi mental yang terganggu. Saat seseorang mengalami gangguan kejiwaan, cara mereka memproses informasi dan mengendalikan emosi pun akan ikut terganggu,”ujarnya.
Dari sisi keluarga, Nabila adik kandung pelaku mengungkapkan bahwa kakaknya sempat mengalami perubahan perilaku yang mencolok selama sebulan terakhir.
Sebelumnya, sosoknya dikenal ramah dan aktif bersosialisasi, namun belakangan tampak murung dan menarik diri.
“Dulu dia orangnya ceria dan gampang bergaul, baik dengan tetangga maupun keluarga. Tapi beberapa waktu terakhir dia mulai berubah, tidak bekerja lagi, dan sering terlihat menyendiri di rumah,”tutur Nabila.
Ia menambahkan bahwa kakaknya juga memiliki masalah kesehatan lambung yang membuat kondisinya lemah secara fisik.
Namun demikian, keluarganya tidak pernah menyangka tragedi semacam ini bisa terjadi.
“Dia masih mengurus anak-anaknya seperti biasa. Menyuapi dan memandikan mereka. Tapi mungkin ada hal-hal yang selama ini dipendam, yang tidak kami ketahui,”lanjutnya.