BorneoFlash.com, LIFESTYLE – Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI), Vera Itabiliana Hadiwidjojo, menegaskan bahwa orang tua harus aktif membangun komunikasi dengan anak guna menanamkan pemahaman tentang rokok, termasuk risiko dan bahayanya.
Vera menyarankan orang tua membuka ruang diskusi yang jujur dan tidak menghakimi. Mereka sebaiknya menghindari sikap marah saat mengetahui anak mencoba rokok, dan justru menggunakan pendekatan empati serta edukatif. Ia menyarankan orang tua bertanya dengan tenang mengenai alasan anak tertarik mencoba rokok, lalu menjelaskan dampak rokok terhadap tubuh secara jelas.
Ia juga mendorong orang tua menyesuaikan pendekatan dengan usia dan bahasa yang dimengerti remaja. Menurutnya, komunikasi dua arah yang terbuka dapat menciptakan suasana nyaman sehingga anak lebih mudah berdiskusi dan bertanya.
Vera mengingatkan agar orang tua tidak hanya mengulang nasihat klasik seperti “merokok itu tidak sehat”, melainkan memberikan contoh konkret seperti gangguan pernapasan, kecanduan nikotin, serta dampak sosial jangka panjang dari merokok.
Orang tua juga memiliki peran penting dalam memperkuat kepercayaan diri dan membangun identitas positif anak agar mereka tidak mudah terpengaruh tekanan dari teman sebaya. Vera menyarankan agar orang tua menunjukkan hasil riset atau kisah nyata dari mantan perokok agar anak bisa menilai dari sudut pandang logis dan kritis.
Ia menyarankan edukasi tentang bahaya rokok dilakukan sejak dini, tanpa harus menunggu anak memasuki usia remaja. Selain itu, orang tua juga perlu memberi contoh hidup sehat tanpa rokok serta menciptakan lingkungan rumah yang bebas asap rokok.
Lebih lanjut, Vera menyarankan agar orang tua memberi alternatif sehat untuk mengelola stres, seperti olahraga, seni, atau aktivitas komunitas. Di saat yang sama, mereka juga perlu memantau lingkungan pergaulan anak secara aktif.
“Pantau pergaulan dan sediakan ruang eksplorasi yang sehat, agar anak tidak mencari pengalaman baru lewat rokok,” ujarnya.
Vera mengungkapkan bahwa remaja biasanya mencoba rokok karena berbagai faktor, termasuk rasa penasaran dan dorongan eksplorasi yang tinggi di usia remaja.
Faktor lain adalah pengaruh teman sebaya, keinginan untuk diterima dalam kelompok, atau ingin terlihat lebih dewasa. Selain itu, mereka juga bisa terpengaruh oleh contoh di lingkungan, seperti anggota keluarga atau tokoh idola yang merokok.
Vera menjelaskan bahwa sebagian remaja mencoba rokok sebagai bentuk ekspresi diri, bentuk pemberontakan terhadap aturan, atau sebagai cara untuk mengatasi stres dan kecemasan. (*/ANTARA)