Ia berharap, kegiatan semacam ini dapat berlanjut secara berkelanjutan dan melibatkan lebih banyak negara, tidak hanya sebagai ajang pertunjukan tetapi juga sebagai platform kolaboratif di bidang budaya, ekonomi, dan pendidikan.
“EBIFF menjadi simbol persahabatan lintas bangsa, yang membuka peluang lebih luas bagi kemajuan daerah. Semoga Samarinda semakin dikenal di mata dunia dan EBIFF menjadi agenda andalan Kalimantan Timur,”tambahnya.
Malam pembukaan ditutup dengan penampilan Tari Tapak Lembayung dari Cahaya Kedaton Kesultanan dan Tari Kolosal dari Yayasan Gubang.
Keduanya menyajikan cerita tentang kemegahan sejarah dan budaya di Borneo Timur, yang dipadukan dengan tata cahaya dan teknologi panggung modern.
Festival ini akan berlangsung hingga 29 Juli 2025 dan terbuka bagi masyarakat umum.
Selain pertunjukan seni, juga digelar lokakarya budaya serta pameran kerajinan tangan dari peserta dalam dan luar negeri.
EBIFF 2025 bukan hanya ruang perayaan budaya, tetapi juga dorongan nyata bagi pengembangan ekonomi kreatif dan promosi pariwisata di Kalimantan Timur.
Dengan dukungan penonton lokal maupun turis asing, EBIFF memberi harapan baru bagi industri seni pertunjukan di wilayah ini.
Melalui semangat inklusif dan kerja sama lintas negara, EBIFF 2025 diyakini menjadi momen penting untuk memperkuat hubungan budaya global langsung dari jantung Borneo menuju panggung dunia. (*)