Kenali Perubahan Sikap Anak yang Berpotensi Mengarah pada Kejahatan

oleh -
Penulis: Berthan Alif Nugraha
Editor: Janif Zulfiqar
Seorang guru sedang menyampaikan materi menggunakan smart board kepada para siswa dan siswi di kelas. Foto: ANTARA/Auliya Rahman
Seorang guru sedang menyampaikan materi menggunakan smart board kepada para siswa dan siswi di kelas. Foto: ANTARA/Auliya Rahman

BorneoFlash.com, LIFESTYLE – Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D., mengimbau para orang tua agar lebih waspada terhadap tanda-tanda anak yang berpotensi terjerumus dalam tindak kejahatan, terutama jika anak mulai dekat dengan kelompok berisiko.

 

Novi menjelaskan bahwa salah satu tanda awal yang perlu diwaspadai adalah ketika anak mengalami kesulitan dalam menjalin komunikasi dan kebersamaan dengan keluarga, khususnya dengan orang tua.

 

“Biasanya yang paling terlihat adalah anak mulai menjauh dari keluarga dan sulit diajak berkomunikasi,” ungkap Novi.

 

Selain itu, anak juga cenderung kehilangan fokus dalam membangun aktivitas yang positif dan bermanfaat. Ia menambahkan, tekanan psikologis seperti stres yang tinggi bisa menjadi faktor pendorong anak terlibat dalam tindakan kejahatan.

 

Hal ini terjadi karena hormon kortisol yang tinggi menekan kerja bagian otak bernalar (prefrontal cortex), sehingga anak cenderung menggunakan bagian otak yang lebih primitif, yaitu amygdala atau dikenal juga sebagai otak reptil.

 

“Ketika anak merasa terancam atau tertekan, dia akan merespons dengan cara menyerang balik, diam, atau melarikan diri. Respon-respon ini datang dari otak reptil, bukan dari proses berpikir yang rasional,” jelas Novi.

 

Ia mencontohkan situasi seperti tawuran remaja, di mana anak-anak mudah terlibat dalam kekerasan karena kemampuan bernalarnya lemah. Meski mereka tahu perbuatannya salah, tetapi mereka tidak mampu mempertimbangkan konsekuensinya secara matang.

 

Untuk mengatasi hal ini, Novi menyarankan orang tua memberikan stimulasi berupa aktivitas fisik secara rutin, seperti olahraga, guna membantu tubuh anak menyalurkan stres.

 

“Libatkan anak dalam kegiatan fisik dan sosial yang teratur, lalu imbangi dengan dialog bersama orang-orang terdekat,” katanya.

Baca Juga :  Jungkook BTS Ulang Tahun, Penggemar Pasang Ucapan Selamat di Seluruh Kereta KTX

 

Menurut Novi, dialog yang rutin bersama keluarga atau orang terdekat dapat mendorong anak mengembangkan kemampuan bernalar. Dengan begitu, anak bisa menyelesaikan tekanan atau masalah secara logis, bukan dengan ledakan emosi. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.