Bagus juga menyoroti keberadaan utilitas seperti tiang listrik dan serat optik yang berada dalam jalur saluran drainase. Ia meminta agar pihak kontraktor, PPK, dan konsultan proyek dapat berkoordinasi dengan pemilik utilitas agar proses pembongkaran dan relokasi dilakukan serempak.
“Saya minta semua pihak satu suara. Harus ada koordinasi kapan mulai bongkar, kapan pasang. Jangan kerja drainase selesai, tapi kabel dan tiangnya belum,” ujarnya mengingatkan.
Ia juga meminta bantuan Dinas Perhubungan untuk mengamankan lalu lintas saat aktivitas alat berat berlangsung, termasuk saat truk pengangkut puing dan sedimentasi keluar masuk lokasi. Salah satu opsi yang diusulkan adalah menutup satu jalur saat malam hari untuk mengurangi risiko kemacetan.
Wawali mengakui bahwa progres proyek saat ini masih minus 10 persen dari target, namun ia optimistis pekerjaan bisa dikejar. Ia menegaskan bahwa proyek sebaiknya bisa rampung sebelum Desember. “Saya tidak mau pekerjaan selesai di akhir kontrak. Kalau bisa Oktober atau November sudah tuntas. Maka saya minta dari sekarang kecepatan kerja ditingkatkan,” katanya.
Proyek ini merupakan bagian penting dari sistem pengendalian banjir di Balikpapan Tengah. Jika selesai sesuai spesifikasi, maka drainase tersebut akan mampu mengalirkan air dari kawasan DAS Klandasan Kecil dan DAS Gunung Sari dengan lebih efektif, sehingga potensi genangan air bisa ditekan secara signifikan.

“Wali Kota dan saya sangat konsen terhadap proyek ini. Karena ini membelah kawasan banjir, jadi harus dikerjakan dengan benar. Dampaknya besar untuk warga Balikpapan Tengah,” pungkasnya.
Adanya komitmen kuat dari pemerintah dan pengawasan ketat dari berbagai pihak, proyek drainase Ahmad Yani diharapkan tak hanya selesai tepat waktu, tetapi juga memberikan manfaat besar bagi kenyamanan, keselamatan, dan keberlangsungan hidup warga kota Balikpapan.