Lebih jauh, ia menyoroti perlunya pendekatan baru dalam kaderisasi partai, terutama dalam menghadapi karakteristik pemilih muda.
Berdasarkan proyeksi, sekitar 72 persen pemilih pada Pemilu 2029 akan berada pada rentang usia 18 hingga 50 tahun.
Oleh karena itu, strategi yang adaptif dan berbasis teknologi dinilai menjadi kunci keberhasilan.
“Partai harus mampu melakukan pendekatan modern yang sesuai dengan pola pikir generasi muda. Teknologi digital perlu dimanfaatkan secara maksimal dalam perekrutan dan komunikasi politik,”tegasnya.
Selain isu internal, Bahlil juga menyinggung kondisi global yang semakin kompleks.
Menurutnya, tantangan yang dihadapi saat ini tidak hanya berkaitan dengan politik elektoral, tetapi juga berkaitan erat dengan dinamika ekonomi global, termasuk ketegangan perdagangan antarnegara dan ketidakpastian ekonomi dunia.

“Pertarungan saat ini tidak lagi hanya soal politik, tetapi juga kompetisi di bidang ekonomi. Karena itu, Golkar harus menjadi kekuatan nasional yang adaptif dan mampu memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan bangsa,”jelasnya.
Bahlil mengakhiri sambutannya dengan menekankan bahwa kemenangan politik tidak cukup diraih di tingkat elektoral semata, melainkan harus diiringi dengan kesiapan struktur organisasi dan peningkatan kapasitas kader di seluruh tingkatan. (*)