BorneoFlash.com, SAMARINDA – Seni tari tradisional kerap dipandang sebelah mata oleh sebagian kalangan, terlebih ketika dijalani oleh laki-laki, stigma bahwa dunia tari hanya cocok untuk perempuan masih mengakar di masyarakat, termasuk di Kalimantan Timur (Kaltim).
Namun di tengah kondisi tersebut, muncul sosok pemuda yang berani mematahkan anggapan itu dan menjadikan tari sebagai bentuk pelestarian budaya sekaligus perlawanan terhadap stereotip.
Kevin Alief Pratama, pria 25 tahun asal Samarinda, menjadi representasi dari semangat tersebut.
Ia telah menggeluti dunia tari sejak usia 15 tahun dan secara konsisten menjadikan seni tradisional sebagai bagian dari identitas dirinya.
Di saat banyak anak muda enggan melirik budaya lokal, Kevin justru menjadikannya sebagai ruang aktualisasi dan pembuktian diri.
“Bukan hal mudah untuk bertahan di dunia tari sebagai laki-laki. Penilaian negatif sudah biasa saya dengar. Tapi saya memilih untuk menjawabnya lewat karya dan konsistensi,”ujarnya.
Kevin kini bukan sekadar penari, melainkan juga pelatih, mentor di berbagai ajang duta dan pageant, serta penggerak budaya di lingkungan anak muda.
Lewat keterlibatannya di berbagai pertunjukan, ia mencoba menarik perhatian generasi muda agar tidak meninggalkan akar budaya daerah.