BorneoFlash.com, LIFESTYLE – Keterlibatan ayah secara fisik dan emosional dalam pengasuhan anak dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan psikososial anak, seperti rasa percaya diri dan keberanian. Hal ini disampaikan oleh psikolog dan pengajar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D.
Novi menyebutkan bahwa ayah yang aktif terlibat dalam kehidupan anak tidak hanya membentuk aspek fisik, tetapi juga berperan dalam membangun kepercayaan diri serta keberanian anak dalam mengambil risiko.
Kehadiran ayah dalam aktivitas sehari-hari anak akan meningkatkan ketangguhan dan keberanian mereka. Ini sangat krusial untuk mendukung perkembangan sosial dan emosional anak.
Ia menekankan bahwa ayah perlu melibatkan diri dalam berbagai aktivitas anak, seperti berolahraga bersama atau berdiskusi mengenai nilai-nilai kehidupan, untuk memperkuat rasa percaya diri dan ketahanan mental anak.
“Anak-anak yang menjalin hubungan hangat dan positif dengan ayahnya biasanya tumbuh lebih percaya diri, mampu mengambil keputusan secara mandiri, serta siap menghadapi tantangan sosial,” ujar Novi.
Sebaliknya, ketika anak tumbuh tanpa hubungan dekat dengan ayah, mereka berpotensi mengalami ketimpangan psikologis. Novi menjelaskan bahwa anak laki-laki mungkin menjadi canggung saat membangun relasi dengan sesama laki-laki, sementara anak perempuan bisa kehilangan kepercayaan terhadap laki-laki atau justru terlalu mudah mempercayai pria dewasa.
Novi juga menyoroti fenomena fatherless, yakni kondisi ketika anak kurang merasakan kehadiran dan peran ayah secara fisik maupun emosional, meski sang ayah masih ada. Ia mengatakan bahwa fenomena ini semakin nyata di masyarakat urban Indonesia karena kesibukan kerja atau jarak emosional yang memisahkan ayah dan anak.
Untuk menanggapi hal ini, pemerintah menerbitkan Surat Edaran Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Nomor 7 Tahun 2025, yang berisi Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah. Kebijakan ini bertujuan untuk mengatasi isu fatherless di Indonesia.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji, mengatakan bahwa gerakan tersebut menjadi simbol perubahan budaya pengasuhan dalam keluarga, dengan mendorong ayah agar lebih aktif dalam mendampingi anak.
Gerakan ini termasuk dalam program unggulan hasil cepat (quick wins) Kemendukbangga/BKKBN, yakni Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI). (*)