“Penentuan waktu pelaksanaan dan teknis penerimaannya kami serahkan kepada pihak sekolah. Yang terpenting, prosesnya dilakukan secara transparan dan sesuai ketentuan,”jelasnya.
Berdasarkan hasil pemantauan internal, sekolah-sekolah yang berada di kawasan pinggiran kota atau lokasi yang kurang strategis masih kesulitan menjaring peserta didik.
Salah satu contohnya adalah SMA Negeri 15 Samarinda, yang hingga saat ini masih belum memenuhi kuota pendaftaran.
“Dari data yang kami himpun, terdapat sekolah seperti SMA 15 yang masih memiliki jumlah pendaftar yang rendah. Umumnya, sekolah di daerah dengan akses terbatas memang menghadapi tantangan lebih besar,”tutur Armin.
Ia mengungkapkan bahwa rendahnya minat masyarakat terhadap sekolah tertentu bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk keterbatasan sarana dan prasarana, lokasi yang sulit dijangkau, serta persepsi masyarakat yang perlu diperbaiki.
Sebagai solusi jangka panjang, Pemprov Kaltim mendorong sekolah-sekolah tersebut untuk melakukan pembenahan dan inovasi guna meningkatkan daya tarik bagi calon peserta didik.
Sementara itu, dibukanya gelombang ketiga diharapkan dapat memperluas kesempatan bagi siswa yang belum tertampung, sekaligus membantu sekolah mencapai kuota minimal agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan optimal. (*)