BorneoFlash.com, SAMARINDA – Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Seno Aji, angkat bicara mengenai kehadirannya yang konsisten dalam merespons aksi demonstrasi di Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada, Samarinda.
Ia kerap menjadi satu-satunya pejabat Pemprov Kaltim yang hadir langsung untuk berdialog dengan para peserta aksi.
Menanggapi hal itu, Seno membantah adanya instruksi khusus dari Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud, yang menugaskan dirinya secara langsung untuk menghadapi para demonstran.
“Tidak ada penugasan atau mandat tertentu dari Pak Gubernur. Kebetulan beliau sedang berada di luar daerah, dan saya memang sedang berada di kantor saat aksi berlangsung. Saya menilai penting untuk mendengarkan aspirasi mahasiswa dan membuka ruang diskusi,”ujar Seno saat diwawancarai pada Kamis (26/6/2025).
Menurut Seno, keterbukaan dalam komunikasi menjadi kunci dalam merespons dinamika yang berkembang di tengah masyarakat, khususnya generasi muda.
“Mahasiswa memiliki pola pikir yang terus berkembang. Maka dari itu, pendekatan dialogis menjadi penting agar kita bisa menemukan solusi yang konstruktif,”tambahnya.
Selama masa awal kepemimpinan Rudy Mas’ud dan Seno Aji yang baru berjalan seratus hari, tercatat beberapa kali Seno Aji turun langsung ke lapangan untuk menemui kelompok massa aksi.
Berdasarkan catatan, setidaknya terdapat dua aksi besar yang dihadiri langsung oleh Seno Aji.
Yang pertama terjadi pada 20 Mei 2025, ketika ratusan pengemudi ojek dan taksi daring dari Aliansi Mitra Kaltim Bersatu (AMKB) menggelar demonstrasi untuk menuntut evaluasi tarif, transparansi kebijakan, dan peningkatan kesejahteraan. Dalam aksi tersebut, Seno memilih untuk berdialog secara langsung dengan para peserta di halaman Kantor Gubernur.
Aksi kedua berlangsung pada 4 Juni 2025, dimana lebih dari seratus mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Kaltim dan BEM KM Universitas Mulawarman menggelar aksi terkait evaluasi 100 hari pemerintahan Rudy–Seno.
Dalam kesempatan itu, Seno kembali menjadi satu-satunya pejabat yang menemui peserta aksi, bahkan turut duduk bersila bersama mahasiswa di tengah jalan sebagai bentuk keterbukaan dan kesetaraan dalam berdiskusi. (*)
