“Bukan hanya soal bahasa Inggris sebagai pengantar, tetapi juga bagaimana pola pikir, metode belajar, dan standar asesmen internasional bisa diterapkan secara merata,” jelasnya.
Pemprov juga menegaskan bahwa upaya ini akan dilakukan secara bertahap, menyesuaikan kesiapan masing-masing sekolah.
Tiga sekolah sudah masuk dalam tahap awal penjajakan, namun perlu ada penguatan dari sisi anggaran dan pelatihan tenaga pendidik.
“Kalau harus dimulai dari satu sekolah dulu pun tidak masalah. Yang penting, hasilnya terukur dan bisa direplikasi ke sekolah lain,”tegas Seno.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pembelajaran global dan nilai-nilai lokal.
Meski mengadopsi sistem luar, pendidikan di Kaltim tetap akan ditanamkan dengan karakter kebangsaan dan kearifan budaya daerah.
“Kita tidak sedang menghapus identitas lokal. Justru, kita ingin anak-anak ini tumbuh sebagai warga global yang tetap berpijak pada budaya dan nilai-nilai bangsa,”pungkasnya.
Transformasi ini diharapkan menjadi pijakan awal dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga inklusif terhadap perkembangan dunia yang kian dinamis. (*)





