Mengingat akses yang terbatas dan waktu tempuh yang panjang, tim Pertamina menginap semalam di rumah-rumah warga. Malam itu menjadi pengalaman emosional dan penuh makna, di mana kisah hidup, tawa, dan kebersamaan terjalin erat antara tim dan masyarakat adat.
“Kami merasa seperti keluarga. Meskipun fasilitas terbatas, sambutan mereka luar biasa. Ini pengalaman yang akan kami kenang seumur hidup,” tambahnya.
Jidan, Ketua Adat Desa Mului, menyampaikan rasa haru atas kunjungan tersebut. “Terima kasih sudah nekat datang ke sini. Bapak-Ibu sudah lihat sendiri, inilah keadaan kami. Jalan rusak, kami seperti terkurung,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ia berharap kunjungan ini menjadi titik awal perhatian lebih dari pemerintah dan berbagai pihak terhadap pembangunan infrastruktur. “Kami hanya ingin jalan yang layak agar anak-anak bisa sekolah tanpa hambatan dan warga mudah mendapatkan bantuan,” ujarnya.
Menutup kunjungan, Alexander menegaskan bahwa ini bukan kali terakhir Pertamina hadir di Mului. “Kami akan evaluasi kebutuhan masyarakat, terutama soal akses transportasi dan komunikasi. Harapannya, masyarakat Mului semakin maju dan tidak lagi tertinggal,” tegasnya.
Ekspedisi ini bukan sekadar perjalanan sosial, tetapi kisah tentang ketulusan, perjuangan, dan harapan. Di balik jalan berlumpur dan tanjakan terjal, Pertamina Patra Niaga dan warga Mului telah menulis babak kebersamaan yang penuh makna — dan tak akan terlupakan. (*)





