Di wilayah tersebut, proses pembebasan lahan untuk pembangunan kolam retensi masih berlangsung, sehingga kapasitas penampungan air belum optimal.
“Air hujan tertahan di tengah kota karena kapasitas sungai dan kolam retensi belum maksimal,”jelas Andi Harun.
Banjir yang terjadi ini merupakan yang ketiga sepanjang tahun 2025, setelah kejadian serupa pada Januari dan Mei ini.
Fenomena ini menjadi tanda bahwa tantangan dari perubahan iklim dan sistem drainase yang ada menjadi masalah serius yang harus segera diatasi.
Meski menghadapi kendala, Andi Harun mengungkapkan bahwa pihaknya menerima dukungan dari pemerintah pusat untuk mempercepat penanganan banjir.
Baru-baru ini, perwakilan dari DPR RI Dapil Kaltim, G Budi Satrio Djiwandono, bertemu dengan Pemkot untuk meminta persiapan dokumen rencana pengendalian banjir jangka menengah dan panjang agar dapat diajukan ke tingkat nasional.
“Kami sangat menghargai dukungan ini karena berarti upaya yang sudah kami lakukan selama ini diakui. Memang belum sempurna, sebagian kendala datang dari keterbatasan anggaran. Dukungan pemerintah pusat sangat penting untuk mempercepat langkah-langkah penanganan,”tutup Andi Harun. (*)





