BorneoFlash.com, BALIKPAPAN – Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan terus menempatkan penanganan stunting sebagai prioritas utama dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM).
Hal ini ditegaskan oleh Asisten III Bidang Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kota Balikpapan, dr. Andi Sri Juliarty, dalam Launching program Gempur Stunting yang digelar sebagai bentuk komitmen kolaboratif lintas sektor.
Berdasarkan data terbaru, angka prevalensi stunting di Balikpapan mencapai 21,6 persen pada tahun 2023. Meski angka ini masih lebih rendah dibandingkan prevalensi di tingkat provinsi maupun nasional, peningkatan tetap menjadi perhatian serius. Bahkan pada Oktober 2024, prevalensi stunting di Balikpapan tercatat sebesar 14,68 persen, meningkat dari 13,8 persen pada bulan sebelumnya.
“Ini menjadi tantangan nyata bagi kita. Target menekan angka stunting selalu menjadi prioritas, apalagi setelah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting,” jelas dr. Andi Sri Juliarty yang kerap disapa dr. Dio saat Launching Gempur Stunting, di Taman Bekapai Balikpapan, pada hari Minggu (25/5/2025).
Saat ini, Kota Balikpapan telah menetapkan 17 lokasi penanganan stunting dengan berbagai program intervensi, salah satunya edukasi kepada remaja putri untuk mengonsumsi tablet tambah darah (TTD), sebagai langkah awal pencegahan sejak dini.
Pada kesempatan tersebut, dr. Dio juga mengapresiasi langkah konkret yang diambil oleh Dinas Kesehatan dan Tim Penggerak PKK Kota Balikpapan. Menurutnya, penanganan stunting tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri, tetapi memerlukan kolaborasi menyeluruh.
“Kita harus bergotong royong. Mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, kader posyandu, hingga masyarakat di tingkat paling dasar harus ambil bagian,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa stunting bukan sekadar soal pertumbuhan fisik, namun merupakan ancaman terhadap kualitas generasi masa depan. Anak yang mengalami stunting berisiko mengalami keterlambatan perkembangan kognitif, penurunan daya saing, dan berdampak pada produktivitas bangsa di masa mendatang.
“Upaya menurunkan stunting harus didukung oleh konsistensi data yang akurat dan kerja lapangan yang berkelanjutan. Mari pastikan bahwa gerakan ini bukan hanya seremonial, tapi menjadi budaya baru — budaya peduli tumbuh kembang anak,” ujar dr. Dio.
Dalam Launching Program Gempur Stunting, turut dilakukan tiga langkah konkret sebagai bentuk komitmen bersama, yakni penandatanganan MoU antara TP PKK dan Dinas Kesehatan, sebagai wujud sinergi dalam memastikan gerakan ini berkelanjutan, terarah, dan tepat sasaran.
Penetapan Ketua RT sebagai Orang Tua Asuh Balita Stunting, untuk memperkuat peran sosial di tingkat akar rumput dalam memantau dan membantu tumbuh kembang anak di lingkungannya.
Serta, pemberian paket sembako kepada ibu hamil dan balita, sebagai langkah awal pemenuhan gizi seimbang yang sangat krusial pada 1.000 hari pertama kehidupan anak.
“Saya yakin, jika kita bersatu, insya Allah Balikpapan bisa menjadi kota bebas stunting. Anak-anak kita akan tumbuh sehat, cerdas, dan siap bersaing di masa depan,” tutup dr. Andi Sri Juliarty. (Adv)