Banjir Parah di Sepaku: Proyek Bendungan dan Sungai Dituding Sebagai Penyebab

oleh -
Penulis: Wahyuddin Nurhidayat
Editor: Ardiansyah
Petugas BPBD PPU mengevakuasi warga Sepaku menggunakan perahu. Banjir di wilayah penyangga IKN ini melanda 2 kampung dengan korban terdampak 682 jiwa, pada Jumat, 29 November 2024. FOTO: ISTIMEWA
Petugas BPBD PPU mengevakuasi warga Sepaku menggunakan perahu. Banjir di wilayah penyangga IKN ini melanda 2 kampung dengan korban terdampak 682 jiwa, pada Jumat, 29 November 2024. FOTO: ISTIMEWA

BorneoFlash.com, NUSANTARA – Hujan deras yang melanda Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, selama beberapa hari terakhir memicu banjir besar yang merendam 184 rumah di Desa Suka Raja dan Kelurahan Sepaku Lama, berdampak pada 682 jiwa.

 

Pada 27 November 2024, ketinggian air mencapai 140 cm, menjadikannya banjir terparah di kawasan tersebut. Air mulai surut pada 29 November 2024 hingga mencapai 50 cm di halaman rumah dan 20 cm di dalam rumah, sebelum akhirnya banjir sepenuhnya reda pada 30 November 2024.

 

BPBD PPU segera menyalurkan bantuan berupa bahan pokok, air bersih, dan mengerahkan peralatan seperti perahu karet.

 

Kepala BPBD, Muhammad Sukadi Kuncoro, memastikan timnya memantau situasi secara intensif hingga keadaan terkendali. Selain itu, insiden kemunculan buaya kecil yang masuk ke rumah warga berhasil ditangani, dan masyarakat diimbau tetap waspada.

 

Pembangunan fasilitas Ibu Kota Nusantara (IKN) diduga memperparah banjir. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kaltim menyatakan bahwa pembangunan Bendungan Sepaku Semoi dan intake Sungai Sepaku menghambat aliran sungai, sehingga genangan di permukiman meningkat.

 

Ketua AMAN Kaltim, Saiduani Nyuk, menegaskan banjir ini tidak hanya melumpuhkan aktivitas warga, tetapi juga menimbulkan kerugian besar, seperti sawah yang terendam dan hilangnya ternak.

 

Banjir ini memperburuk kekhawatiran masyarakat, karena Sepaku sudah empat kali dilanda banjir sepanjang tahun ini. Kritik terhadap dampak pembangunan IKN terus menguat, terutama terkait peningkatan risiko bencana yang kian sering terjadi. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.