BorneoFlash.com, JAKARTA – Tragedi kecelakaan lalu lintas kembali melibatkan truk dengan rem blong yang menyebabkan tabrakan beruntun di ruas Tol Cipularang, Selasa sore kemarin.
Insiden ini mengakibatkan satu orang tewas, sementara 29 orang lainnya mengalami luka-luka dari ringan hingga berat.
Kecelakaan yang memicu belasan kendaraan ini semakin menyoroti risiko truk angkutan barang di jalan menurun.
Jusri Pulubuhu, pakar keselamatan berkendara dan pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), mengungkapkan bahwa rem blong kerap kali dipicu oleh perilaku pengemudi yang kurang memahami teknik mengemudi di jalan menurun.
Berdasarkan analisisnya, Jusri menilai banyak pengemudi truk menetralkan gigi transmisi di jalan turunan, mengandalkan pedal rem saja tanpa memanfaatkan sistem pengereman tambahan seperti engine brake.
“Banyak sopir truk yang menetralkan gigi transmisi di jalan menurun dengan alasan menghemat bahan bakar. Mereka pikir hal ini bisa membantu mengurangi konsumsi BBM dan memberi keuntungan dari penghematan budget,” jelas Jusri.
Namun, ia menekankan bahwa praktik ini berisiko tinggi karena membuat pengemudi hanya mengandalkan rem kaki yang bisa mengalami overheating, menyebabkan kegagalan fungsi pengereman atau brake fading.
Kecelakaan di Cipularang ini diduga terjadi karena sopir truk mencoba menurunkan gigi untuk mendapatkan efek pengereman dari mesin, namun hanya berhasil masuk ke gigi 4 akibat kondisi transmisi netral dan kecepatan tinggi.
“Pada kecepatan 60-80 km/jam dalam posisi netral, sangat sulit untuk memasukkan gigi rendah seperti gigi 2, sehingga akhirnya hanya bisa ke gigi tinggi yang efeknya kurang optimal,” tambah Jusri.
Ia menekankan pentingnya pelatihan khusus untuk pengemudi truk terkait teknik pengereman yang benar, terutama di jalan menurun. (*)